Jumat 03 Jan 2014 14:50 WIB

Tuntut Kenaikan Upah Tiga Pendemo Kamboja Tewas Ditembak Polisi

Penembakan. Ilustrasi.
Foto: rawstory.com
Penembakan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Polisi Kamboja menembaki para pekerja garmen yang melakukan protes Jumat, menewaskan setidaknya tiga orang, sementara orang kuat negara itu menghadapi kemarahan publik yang meningkat di jalan-jalan ibu kota Phnom Penh.

Para pekerja yang bersenjatakan kayu , batu dan bom Molotov bentrok dengan polisi di pabrik Veng Streng, Phnom Penh,kata seorang wartawan foto AFP.

Polisi melepaskan tembakan-tembakan peringatan dan kemudian menembaki para pemrotes, kata wartawan itu."Tiga orang tewas dan dua lainnya cedera," kata wakil komisaris polisi Chuon Narin kepada AFP.

Seorang pekerja yang berdarah terlihat tergeletak di di jalan sementara seorang lainnya dibawa dengan sepeda motor setelah serangkaian bentrokan terbaru antara pasukan keamanan dan para pekerja tekstil yang menuntut kenaikan upah.

Perdana Menteri Hun Senin menghadapi tantangan yang meningkat pada pemerintahnya yang berusia hampir tiga dasa warsa dari para pekerja garmen dan para pendukung oposisi yang menuntut ia mundur dan menyerukan pemilu baru karena terjadi kecurangan dalam pemilu belum Juli.

Pemimpin oposisi Sam Rainsy mengecam keras tindakan pihak aparat keamanan itu."Adalah satu usaha yang tidak dapat diterima untuk melarang satu pemogokan para pekerja dan juga seluruh gerakan pekerja dan gerakan demokratik yang terjadi di Kamboja setelah pemilu Juli," kata nya kepada AFP.

Aktivis hak asasi manusia Chan Soveth dari kelompok hak asasi manusia Adhoc, yang berada di lokasi itu mengatakan 10 pekerja luka parah.

Pasukan keamanan "menggunakan senapan-senapan dan senjata lainnya untuk menghentikan pemogokan itu," katanya. "Mereka memukul kepala para pekerja."

Juru bicara polisi militer Kheng Tito mengatakan tindakan keras itu dilakukan setelah sembilan polisi cedera akibat kena lempar batu dan ketapel.

Ia mengatakan dua pemrotes ditahan.

"Kami khawatir akan keamanan jadi kami harus menindak tegas mereka," kata Kheng Tito.

"Jika kami mengizinkan mereka untuk terus melakukan pemogokan maka hal itu nanti akan menjadi anarki."

Sengketa mengenai upah dan kondisi keselamatan adalah hal yang biasa di industri garmen yang menghasilkan miliaran dolar AS yang memproduksi merek-merek terkenal seperti Gap, Nike dan H&M.

Sektor itu mempekerjakan sekitar 650.000 orang dan adalah satu sumber penting pendapatan luar negeri bagi negara miskin itu.Para pekerja menuntut gaji minimum 160 dolar AS tiap bulan.

Bentrokan terbaru terjadi sehari setelah satu kesatuan militer khusus dikerahkan untuk menghadapi para pekerja garmen, yang membuat beberapa orang cedera dalam satu tindakan yang disebut pihak aktivis hak asasi manusia sebagai satu "taktik baru yang melanggar" oleh pihak berwenang.

Tentara terlihat mengacungkan pipa-pipa logam, pisau-pisau, senapan-senapan AK47, ketapel-ltapel dan tongkat di lokasi protes , kata kelompok-kelompok hak asai manusia lokal.

Penggunaan satuan komando militer khusus untuk menindas protes adalah "belum pernah" dilakukan sebelumnya dan menandakan satu taktik baru oleh pihak berwenang untuk menghentikan apa yang disebut protes-protes yang umumnya damai itu", kata Liga Kamboja bagi Peningkatan Pembelaan Hak Asasi Manusia (LCADHO) dalam satu pernyataan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement