Jumat 03 Jan 2014 15:26 WIB

Korsel Tolak Gerakan Perdamaian Kim Jong-Un

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan teropong untuk melihat wilayah Selatan dari pos pengamatan militer di wilayah perbatasan Korut dan Korsel.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan teropong untuk melihat wilayah Selatan dari pos pengamatan militer di wilayah perbatasan Korut dan Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) pada Jumat (3/1) menolak kalimat bersifat mendamaikan dan pesan Tahun Baru pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai omong kosong. Negara itu tetap mendesak Pyongyang memusnahkan nuklirnya untuk menunjukkan tekad terhadap hubungan lebih baik.

Dalam pidatonya pada Rabu (1/1), Kim memuji hukuman mati atas pamannya, orang kuat Jang Song-thaek pada bulan lalu, dan menuduh Amerika Serikat (AS) serta Korsel bermanuver untuk perang nuklir. Tetapi dia juga menyerukan agar tercipta iklim yang kondusif untuk memperbaiki hubungan dengan Selatan.

Saat itu dia mengatakan, sudah saatnya bagi kedua Korea untuk berhenti melakukan tindakan yang merugikan persatuan nasional dan rekonsiliasi.

Dalam tanggapan resmi pertamanya, pemerintah Korea Selatan mengatakan pihaknya skeptis tentang niat Kim, yang telah memerintah Korea Utara yang memiliki senjata nuklir sejak kematian ayahnya, Kim Jong-il, pada Desember 2011. "Perdamaian dan rekonsiliasi tidak bisa dicapai hanya dengan kata-kata", kata Seoul dalam satu pernyataan, seperti dilansir dari AFP.

"Dalam rangka meningkatkan hubungan antara Selatan dan Utara, Korea Utara harus menunjukkan ketulusan dalam membangun kepercayaan serta di atas semua itu, harus melakukan upaya sungguh-sungguh untuk denuklirisasi," lanjutnya.

Korsel mengatakan, Kim membuat komentar serupa dalam pidato Tahun Baru yang lalu sebelum serangkaian tindakan provokatif Utara termasuk uji coba nuklir ketiga, ancaman serangan militer, dan penutupan sepihak zona industri antar-Korea.

Pyongyang menutup kompleks industri di Kaesong pada April selama lonjakan ketegangan militer setelah uji coba nuklir, tetapi kedua Korea sepakat pada September untuk melanjutkan operasi.

Menteri Pertahanan Korsel, Kim Kwan-Jin, Kamis (2/1) memperingatkan bahwa proposal perdamaian dari Utara bisa menjadi "tabir asap" yang bertujuan menyembunyikan tindakan provokatif, dan mendesak militer untuk tetap waspada.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement