Sabtu 04 Jan 2014 13:36 WIB

Lima Staf 'Doctor Without Borders' Diculik di Suriah

Rep: Ani Nursalikah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Konflik bersenjata di Suriah.
Foto: Reuters/Omar Ibrahim
Konflik bersenjata di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lima staf dari organisasi bantuan internasional 'Doctors  Without Borders' diculik di Suriah utara, Jumat (3/1).  Juru bicara organisasi tersebut Michael Goldfarb mengatakan kelimanya diculik dari markas organisasi dan telah kehilangan kontak sejak Kamis malam. 

Dia tidak mengatakan apakah staf yang hilang disandera oleh pasukan pemerintah atau kelompok pemberontak yang berjuang menggulingkan Presiden Bashar Assad. Goldfarb menolak memberikan rincian lebih lanjut karena lebih mementingkan keselamatan para pekerja yang hilang.

Juru bicara 'Doctors  Without Borders' cabang Swedia, Karin Ekholm mengatakan, kelima staf merupakan warga negara Swedia, Denmark, Swiss, Belgia dan Peru. Organisasi cabang Denmark telah mengonfirmasi adanya warga Denmark di antara lima staf itu. 

"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk melakukan  kontak dengan rekan-rekan kami," kata cabang Denmark dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AP, Jumat (3/1).

Kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia Rami Abdurrahman yang berbasis di Inggris mengatakan, anggota Negara Islam al-Qaeda di Irak dan Levant (ISIL) telah menyerbu sebuah rumah sakit di provinsi barat laut Latakia. Mereka membawa semua dokter ke lokasi yang tidak diketahui. Lainnya dibawa dari rumah mereka oleh anggota ISIL.

Abdurrahman mengatakan, tidak jelas apakah anggota 'Doctors Without Borders' termasuk di antara mereka yang dibawa di Latakia. Selama enam bulan terakhir terjadi gelombang penculikan di wilayah yang dikuasai oposisi di  utara dan timur Suriah. 

Mereka menargetkan wartawan, petugas bantuan dan aktivis. Faksi pemberontak al-Qaeda diduga berada di balik banyak penculikan.

Pada Oktober, beberapa anggota Komite Internasional Palang Merah sempat diculik di barat laut Suriah. Banyak aktivis Suriah melarikan diri setelah mendapat ancaman dari ISIL dan pembunuhan sejumlah jurnalis warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement