Sabtu 04 Jan 2014 14:56 WIB

13 Aktivis Ikhwanul Muslimin Tewas dalam Bentrokan

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Mansyur Faqih
Konflik di Mesir
Foto: Youtube
Konflik di Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sedikitnya 13 orang tewas dalam bentrokan di Mesir selama protes nasional, Jumat (3/1). Para pengunjuk rasa pendukung Muhammad Mursi menuntut kembalinya presiden terguling tersebut.

Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan tewasnya aktivis Ikhwanul Muslimin (IM) tersebut dilaporkan terjadi di ibu kota Kairo, Alexandria, kota di Terusan Suez, Ismaili, Fayoum dan Minya.

Sejak penggulingan Mursi tahun lalu, para pendukungnya melakukan protes hampir setiap hari. Terutama setelah shalat Jumat. Jumlah mereka terus berkurang akibat tindakan keras pemerintah.

Hindustan Time melansir, lebih dari seribu orang, sebagian besar islamis, tewas dalam bentrokan di jalanan. Ribuan lainnya dijebloskan ke dalam penjara.

Mursi akan diadili Rabu pekan depan. Pengunjuk rasa dari koalisi nasional pendukung Mursi untuk Mendukung legitimasi menyerukan demonstrasi menjelang dimulainya sidang. 

Dia juga akan diadili pada 28 Januari atas pembobolan penjara selama pemberontakan 2011 yang menggulingkan penguasa lama Husni Mubarak. Sedangkan pengadilan untuk Mursi atas tuduhan spionase belum ditetapkan.

Bulan lalu, pemerintah militer Mesir menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris. Pemerintah juga menyatakan kelompok ini bertanggung jawab atas sebuah bom mobil bunuh diri di sebuah markas polisi yang menewaskan 15 orang.

Para pejabat kementerian dalam negeri telah memperingatkan siapa pun yang ambil bagian dalam protes mendukung Ikhwanul Muslimin akan dihukum lima tahun penjara. Sedangkan pemimpin unjuk rasa bisa dijatuhi hukuman mati. 

Kementerian mengatakan telah menangkap 120 anggota Ikhwanul di seluruh negeri, Jumat. Menurut pemerintah, mereka mempersenjatai diri dengan bahan peledak, bom molotov, senjata api dan pisau.

Pendukung Mursi ini telah menyerukan protes menjelang referendum konstitusi yang akan datang. Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok pendukung lainnya menolak konstitusi baru yang telah diubah setelah Mursi jatuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement