REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sebuah kelompok yang berpengaruh di dalam kelompok oposisi Suriah yang didukung Barat berencana melakukan pemungutan suara pada Sabtu untuk menolak partisipasi dalam perundingan yang bertujuan untuk mengakhiri konflik hampir tiga tahun di negeri mereka.
Dewan Nasional Suriah telah menolak menghadiri perundingan pada 22 Januari karena menilai negara-negara besar dunia belum melakukan cukup hal untuk memaksa Presiden Bashar Al Assad menyerahkan kekuasaan.
Pasukan Presiden Bashar al-Assad telah memperoleh keuntungan atas gerilyawan yang didukung oleh kelompok oposisi dalam beberapa bulan terakhir dan saat ini Bashar menghadapi sedikit tekanan untuk membuat konsesi.
Dewan itu merupakan bagian dari koalisi oposisi yang lebih luas yang akan membuat keputusan akhir tentang apakah akan menghadiri perudingan Geneva 2 pada hari Senin.
Pemungutan suara oleh Dewan untuk menolak akan menempatkan tekanan lebih lanjut pada koalisi yang terpecah belah. Koalisi yang telah mengatakan pihaknya siap untuk menghadiri Geneva 2 pada prinsipnya, tapi tidak akan memaksa.
Suriah terjebak dalam perang saudara setelah pemberontakan terhadap Bashar meletus pada Maret 2011 dan berubah menjadi pemberontakan bersenjata setelah militer menumpas aksi protes.
Lebih dari 100 ribu orang tewas, lebih dari dua juta pengungsi telah melarikan diri ke luar negeri dan sekitar 6,5 juta yang lain mengungsi di dalam wilayah Suriah.