Ahad 05 Jan 2014 12:43 WIB

Rekor, Penjualan Mobil Diperkirakan Capai 83 Juta di 2013

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Hazliansyah
Penjualan mobil (ilustrasi).
Foto: www.hypermiler.co.uk
Penjualan mobil (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Penjualan mobil baru global selama tahun 2013 diperkirakan mencapai 83 juta unit. Angka ini mencapai rekor tertinggi selama empat tahun berturut-turut. Penjualan pada 2013, diperkirakan naik 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Perusahaan riset berbasis di Nagoya, Fourin memperkirakan pernjualan mobil di seluruh dunia mencapai 83,8 juta unit. Meningkat 2,3 juta unit dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 81,46 juta.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh penjualan di Cina dan Amerika Serikat. Pertumbuhan penjualan di dua negara itu mampu mengimbangi menurunnya permintaan mobil baru di pasar Eropa dan Asia Tenggara.

Di Cina, penjualan mobil baru diperkirakan mencapai 21,5 juta unit di sepanjang 2013. Angka ini naik 10 persen dibandingkan tahun 2012. Orang-orang di daerah 'pelosok' Cina bahkan sudah membeli mobil.

"Cina akan terus menjadi mesin pertumbuhan pasar otomotif global untuk saat ini," ujar salah seorang pejabat dari Ford Motor, seperti dikutip Nikkei, Ahad (5/1).

Pasar mobil di Amerika diperkirakan tumbuh 7,6 persen menjadi 15,6 juta di tahun 2013. Penjualan ini mencapai rekor tertinggi selama enam tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh penjualan kendaraan besar seperti truk, pick-up. Selain itu, suku bunga yang rendah dan harga saham yang tinggi meningkatkan daya beli masyarakat Amerika.

Di Jepang, penjualan mobil baru diperkirakan melampaui 5 juta unit. Sebaliknya, Jerman mengalami penurunan penjualan sebanyak 4 persen. Untuk pertama kali dalam tiga tahun terakhir, penjualan mobil berada di bawah 3 juta unit. Penurunan penjualan juga berlaku di Thailand.

Produsen mobil terbesar di Asia Tenggara ini menjual dalam jumlah yang kurang lebih sama dibandingkan tahun lalu. Fourin juga memperkirakan penjualan mobil di India turun sekitar 5 persen di tahun 2013 karena faktor kekhawatiran ekonomi dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement