REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Penggunaan tenaga narapidana untuk bekerja di sebuah rumah potong hewan (RPH) baru di Darwin, Australia, dinilai bisa berpengaruh buruk pada keadaan psikologis tahanan tersebut. Hal ini disampaikan seorang sosiolog menanggapi terhadap rencana perusahaan pertanian Australia untuk memberi pekerjaan pada tahanan di RPH baru yang dijadwalkan akan selesai dibangun tahun ini.
Perekrutan para tahanan tersebut merupakan bagian dari program Pemerintah Wilayah Utara Australia, tempat Darwin terletak, yang bernama ‘Sentenced to a Job’. Program ini diharapkan akan memberi pelatihan dan pengalaman kerja untuk para tahanan.
Menurut sosiolog Nik Taylor dari Flinders University, ada berbagai masalah yang bisa saja timbul bila para tahanan bekerja di RPH.“Kita tahu bahwa pekerjaan itu sulit, berbahaya, berulang-ulang, dan kita juga makin tahu dari hasil penelitian bahwa pekerjaan tersebut merusak secara psikologis,” jelasnya,
Menurut Taylor, Pekerja RPH seringkali mengalami kesulitan perihal keadaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.“Kita meminta orang mengambil nyawa makhluk lain, yang bisa merasa sakit. Penelitian menunjukkan cukup jelas bahwa ini mempengaruhi rasa empati orang terhadap orang lain dan terhadap hewan, hingga dapat menimbulkan tingkat keagresifan makin tinggi,” ucapnya.
Menurut Taylor, sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ada peningkatan angka kejahatan di komunitas-komunitas yang di dalamnya terdapat RPH. Ia berharap pemerintah Negara Bagian Wilayah Utara menjalani konsultasi panjang lebar sebelum melaksanakan kerja di RPH.
“Ada banyak pekerjaan lain yang tidak memiliki jenis keambiguan moral yang ada di RPH,” jelas Taylor.
Departemen Pemasyarakatan Wilayah Utara Australia belum memberi tanggapan mengenai hal ini.