REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemberontak Suriah mengepung gerilyawan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) di pangkalan mereka di utara pada Senin (6/1) waktu setempat. ISIL, kelompok pendukung Al Qaidah, diusir karena dituduh melakukan penyiksaan-penyiksaan luas.
Satu koalisi luas dari kelompok-kelompok moderat dan Islam yang menentang Presiden Bashar Al Asssad sedang berusaha mengusir ISIL dari pangkalan mereka di kota Raqa di Suriah utara.
ISIL dituduh melakukan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan kelompok pemberontak seterunya dan warga sipil.
ISIL, front baru dalam perang saudara di Suriah, baru muncul kurang dari tiga pekan dari satu konferensi perdamaian.
Kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pemberontak di Raqa berhasil membebaskan tahanan Suriah yang ditahan kelompok ISIL. Mereka diperkirakan menyekap ratusan tahanan termasuk para wartawan asing.
Raqa adalah satu-satunya ibu kota provinsi yang tidak dikuasai pemerintah sejak konflik dimulai Maret 2011 dengan protes-protes damai menuntut reformasi demokratik tetapi meningkat menjadi perang berskala luas ketika pasukan Bashar melancarkan satu tindakan keras terhadap para pembangkang.
Kota itu kemudian jatuh ketangan ISIL, inkarnasi terbaru dari afiliasi Al Qaidah Irak, yang ikut berperang melawan pemerintah Bashar pada akhir musim semi tahun 2013.
Kelompok ISIL awalnya disambut baik oleh kelompok pemberontak lainnya. Tetapi, ketegangan meningkat ketika ISIL dituduh memberlakukan kekuasaan teror di daerah-daerah di mana mereka beroperasi terutama wilayah Raqa.
Tiga aliansi pemberontak yang berpengaruh, Jumat, melancarkan apa yang disebut para pegiat "revoluisi kedua''. Mereka bergerak cepat dengan mengusir ISIL dari pos-pos pemeriksaan dan pangkalan-pangkalan di seluruh provinsi-provinsi Aleppo, Idlib dan Hama.