Rabu 08 Jan 2014 14:10 WIB

Al-Qaeda 2.0, Ancaman Politik Terbesar 2014

Rep: Elba Damhuri/ Red: Maman Sudiaman
Al Qaeda Yaman (Ilustrasi)
Al Qaeda Yaman (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Nama Al-Qaeda kembali menjadi perbincangan dan keprihatinan serius negara-negara Barat belakangan ini. Kematian Osama bin Laden dan tercerai-berainya kekuatan Al-Qaeda di Afganistan tidak membuat kekuatan kelompok ini benar-benar habis.

Tak heran jika sejumlah lembaga politik dan analis keamanan di Barat memasukkan Al-Qaeda 2.0 sebagai salah satu ancaman politik terbesar pada 2014.

Gerakan dan manuver Al-Qaeda dalam beberapa bulan ini makin memanaskan situasi di sejumlah negara Tmur Tengah meski gangguan terhadap keamanan dalam negeri di Amerika masih belum tampak.

"Gejolak politik dan keamanan di dunia Arab telah mengundang perlawanan dari kaum Suni yang ekstrem dan kelompok Al-Qaeda," kata Ian Bremer di Reuters, hari ini.

Konflik di Suriah, kata Ian, menjadi magnet kuat bagi kelompok ekstrem seperti Al-Qaeda untuk melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Bashar Al-Assad.

Kehadiran Al-Qaeda ini, menurut Ian, jelas-jelas mengganggu stabilitas politik di kawasan Arab. Juga, merusak kepentingan Barat di Timur Tengah dan Afrika Utara. Apalagi, Al-Qaeda 2.0 ini muncul dan berafiliasi dengan pejuang Loka di Suriah, Libya, Mali, Afrika,  Irak, dan beberapa negara lainnya

Revolusi Al-Qaeda dari yang sentralistik, bergantung pada satu pemimpin, dan memiliki pusat operasi yang jelas menjadi desentralisasi, terpecah-pecah, dan tidak memiliki pemimpin tunggal disebut sebagai Al-Qaeda 2.0.

Al-Qaeda 2.0 ini seperti perusahaan terintegrasi dalam skala lebih kecil yang membuka cabang-cabang di berbagai daerah. Ibarat perusahaan, Al-Qaeda 2.0 ini termasuk "franchise".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement