REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah membawa perseteruannya dengan Jepang ke PBB. Cina mempertanyakan pandangan keliru Perdana Menteri Jepang mengenai sejarah, setelah kunjungannya ke Kuil Yasukuni.
Pada 26 Desember lalu, PM Jepang Shinzo Abe melakukan kunjungan ke Kuil Yasukuni. Kunjungan tersebut memicu amarah dari Cina dan Korea Selatan, serta mendorong keprihatinan dari Amerika Serikat.
"Itu semua bermuara pada, apakah pemimpin suatu negara akan berdiri di sisi yang mempertahankan prinsip dan tujuan Piagam PBB atau di sisi para penjahat perang," ujar utusan Cina untuk PBB Lie Jieyi, Rabu (8/1) waktu setempat.
Baik Cina maupun Korsel pernah menderita di bawah kekuasaan Jepang yang brutal saat Perang Dunia II. Tahun 1930, Cina mengalami pendudukan oleh Jepang. Sementara Korsel dijajah Jepang pada tahun 1910-1945.
Kuil Yasukuni merupakan tempat disemayamkannya para korban perang termasuk pelaku kejahatan perang Jepang pada akhir Perang Dunia II.
"Masyarakat internasional harus waspada dan mengeluarkan peringatan, bahwa Abe harus memperbaiki pandangannya yang keliru soal sejarah. Ia harus memperbaiki kesalahannya sebelum tergelincir lebih jauh," ujar Jieyi.
Sementara itu, duta besar Jepang untuk PBB Motohide Yoshikawa mengatakan, kunjungan Abe ke kuil bukan untuk memberi penghormatan pada penjahat perang atau pujian pada militerisme. "Abe mengunjungi kuil untuk berdoa bagi jiwa-jiwa korban perang dan memperbarui janji Jepang untuk tak lagi berperang," kata Yoshikawa.
Hubungan Jepang dan Cina menegang setelah sengketa berkepanjangan terkait kepemilikan pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur. Cina mengatakan, pihaknya bersedia berbicara dengan Jepang terkait masalh itu. Tapi mereka menuduh Abe tak serius menyelesaikan masalah sengketa.