Jumat 10 Jan 2014 06:57 WIB

Begini Cara WNI Hadapi Cuaca Ekstrem di Amerika Serikat

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Badai salju melanda kawasan timur dan utara Amerika Serikat, termasuk di Kota New York.
Foto: AP PHOTO
Badai salju melanda kawasan timur dan utara Amerika Serikat, termasuk di Kota New York.

REPUBLIKA.CO.ID, KENTUCKY -- Hujan salju sepanjang hari menuntut siapa saja untuk beradaptasi. Yeni Febriyani, Mahasiswi semester pertama Bowling Green State University, Kentucky, asal Indonesia bahkan sempat sakit di awal kedatangannya tahun lalu.

"Tapi sekarang biasa saja, udah biasa cuaca ekstrem disini. Paling rendah sampai 18 derajat celcius," katanya kepada ROL, Jumat (10/1).

Yeni pun mengakali kondisi cuaca dengan memakai baju berlapis-lapis. Ia mengaku harus sering-sering mengecek kondisi cuaca agar bisa menyesuaikan dengan konstum yang dipakai. Jika cuaca terlampau dingin, ia pun mengenakan hingga tiga lapis baju. "Pake long john, terus dilapis baju lagi, baru pakai coat," katanya.

Untuk melindungi tangan dan kaki, ia juga mengenakan sarung tangan dan sepatu boots. Lalu agar bibirnya tidak kering, Yeni rajin mengoleskan lip balm.

Ia pun tak berani lama-lama berada di luar ruangan karena takut mengalami frosbite, semacam mati rasa karena kedinginan. Hal ini kadang terjadi saat hujan salju diiringi dengan angin kencang. "Disini cuacanya labil banget, kadang dinginnya kebangetan," katanya.

Yeni juga sering menyantap makanan panas seperti sop. Menurut dia, cuaca mulai hangat ketika memasuki bulan Mei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement