REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Menanggapi pembebasan puluhan tahanan Bagram, Kamis (9/1), juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan 72 orang yang ditahan di Bagram adalah orang berbahaya. Ada bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam aksi teror, termasuk penggunaan alat peledak yang dimodifikasi.
Melalui wawancara dengan Aljazeera, Jenderal AS untuk Komando NATO di Afghanistan, Joseph Dunford, telah secara resmi mengajukan keberatan atas rencana pembebasan itu.
Dunford mengatakan tindakan Pemerintah Afghanistan melanggar kesepakatan yang dibuat saat tahanan Bagram dialihakan Maret lalu. Di dalamnya juga termasuk memproses mereka yang dianggap berbahaya bagi Afghanistan dan internasional.
Kejadian ini dapat kembali memperburuk hubungan kedua negara. AS sendiri mengatakan Afghanistan tidak berhak membebaskan tahanan Bagram itu.
Asosiasi Hak Asasi Manusia Afghanistan mengatakan situasi yang terjadi lebih merupakan intrik legal. Keputusan final para tahanan akan dibebaskan atau tidak tetap berada pada AS.