Jumat 10 Jan 2014 23:26 WIB

Gereja Ortodoks Rusia Terbitkan Kalender Bergambar Stalin

stalin
stalin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Gereja Ortodoks Rusia dalam seminggu ini dihujani kritik oleh masyarakat Rusia melalui internet setelah bagian percetakan gereja itu mengeluarkan produk kalender dinding 2014 yang menampilkan potret diktator Uni Soviet Joseph Stalin.

"Gereja Ortodoks Rusia memang tunduk pada represi selama pemerintahan Stalin ketika ribuan imam dideportasi dan dieksekusi. Namun, dengan membuat publikasi seperti itu dalam proses pembentukan gereja, tentu secara moral tidak dapat diterima," kata juru bicara Gereja Ortodoks Rusia, Vakhtang Kipshidze, Jumat.

Produk kalender dinding berwarnan hitam-putih yang berjudul "Stalin" itu dijual dengan harga 200 Rubel atau sekitar enam dolar AS. Dalam suatu iklan, kalender tersebut disebut sebagai "hadiah besar bagi veteran dan penggemar sejarah".

Seorang sejarawan Rusia bernama Mikhail Babkin menampilkan kalender "Stalin" itu kepada publik melalui blog-nya pada 7 Januari.

"Kalender Stalin itu merupakan suatu cela, rasa malu, dan penghinaan terhadap semua orang yang tewas pada masa pemerintahan Stalin," ujar seorang warga Rusia yang ikut berkomentar di bawah "postingan" Babkin.

Warga Rusia itu mengacu pada jutaan orang yang meninggal karena kolektivisasi pertanian paksa dan represi politik yang brutal selama masa pemerintahan Stalin.

Gereja Ortodoks Rusia menyatakan pihaknya telah menolak rencana kepala bagian percetakan pada Juli setelah mengetahui tentang pencetakan kalender "Stalin", tetapi kalender itu sudah terlanjur dikirimkan.

Sementara juru bicara Gereja Ortodoks Rusia, Kipshidze, pun berpendapat memang masih banyak orang Rusia yang bersimpati kepada Stalin atas jasanya membawa kemenangan bagi Soviet pada Perang Dunia Kedua sehingga memberikan negara itu status "superpower".

"Namun, setiap orang harus menyadari adanya perbedaan pandangan antara Gereja Ortodoks Rusia dan masyarakat Rusia mengenai peran Joseph Stalin dalam sejarah Rusia. Dan semua orang mempunyai hak untuk berpegang pada pandangan masing-masing," tambahnya.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement