REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Tiga orang tewas dalam bentrokan di Mesir, Jumat (10/1), antara pendukung dan penentang Presiden terguling Muhammad Mursi. Polisi menangkap puluhan anggota kelompok garis keras, kata sejumlah pejabat keamanan.
Polisi mengatakan, seorang pedagang kaki-lima tewas tertembak selama bentrokan antara pendukung dan penentang Mursi di kota kawasan Laut Tengah, Iskandariyah. Polisi menangkap pelaku penembakan dan mengidentifikasinya sebagai seorang anggota kelompok terlarang Ikhwanul Muslimin kubu Mursi, kata polisi, dengan menambahkan bahwa 25 demonstran juga ditangkap.
Dua orang lagi tewas di kota Suez, dimana bentrokan meletus antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan polisi serta warga yang menentang kelompok tersebut, kata petugas medis dan keamanan, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (11/1).
Kelompok garis keras mengadakan protes di sejumlah kota untuk menuntut pengukuhan kembali Morsi, yang digulingkan oleh militer pada Juli setelah protes massal yang menuntut pengunduran dirinya. Kementerian dalam negeri mengatakan, polisi menangkap 169 terduga pemrotes di sejumlah wilayah Mesir.
Pada 3 Januari, sedikitnya 17 orang tewas dan lebih dari 100 ditangkap ketika polisi menumpas Ikhwanul Muslimin yang memelopori protes. Bulan lalu pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.
Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin. Kelompok itu disebutkan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Mursi pada 3 Juli.
Penumpasan kelompok garis keras yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.