Sabtu 11 Jan 2014 22:22 WIB

Ariel Sharon 'Si Pembantai' Warga Palestina

Rep: Gita Amanda/ Red: Joko Sadewo
Ariel Sharon
Foto: AP
Ariel Sharon

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Ariel Sharon, yang tutup usia Sabtu (11/1) waktu setempat, merupakan salah satu tokoh kontroversial. Ia tewas setelah, delapan tahun tak pernah sadarkan diri dan terus bertahan melawan penyakit yang dideritanya.

Sharon merupakan tokoh kesayangan sayap kanan Israel. Ia terkenal gigih memperjuangkan pemukiman Yahudi di wilayah yang diduduki Israel setelah perang Timur Tengah 1967.

Dunia Arab mencercanya karena dianggap mendalangi invasi tahun 1982 di Libanon. Saat itu Israel bersama sekutu membantai warga Palestina di dua kamp pengungsian di Libanon.

Sharon terpaksa mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan setelah penyelidikan menemukan dirinya, secara tak langsung bertanggung jawab karena gagal mencegah pembantaian.

Kunjungan provokatifnya ke situs suci al-Haram al-Sharif dianggap memicu intifada kedua Palestina, pada September 2000.

Sharon menemukan popularitasnya kala menjabat sebagai perdana menteri pada 2001-2006. Sebagai pemimpin partai Likud, Sharon terpilih dua kali sebagai perdana menteri. Saat menjabat ia bersumpah untuk memulihkan keamanan Israel.

Sharon yang lahir di Kfar Malal, terkenal dengan suaranya yang berat dan menggelegar. Ia merupakan komandan dengan catatan legendaris di medan perang.

Lahir dari sebuah keluarga Yahudi Belarusia, ia bergabung dengan batalion pemuda paramiliter saat berusia 14 tahun. Kemudian ia bergabung dengan pasukan paramiliter bawah tanah, Haganah.

Sharon pertama mengalami stroke ringan pada Desember 2005. Sebelum akhirnya kembali mengalami perdarahan otak parah pada 4 Januari 2006, yang membuatnya koma hingga kematiannya.

Juru bicara pusat medis Sheba di Tel Avivi Shlomo Noy, menyatakan Sharon wafat setelah delapan tahun mengalami koma. "Ariel Sharon telah meninggal," katanya pada hari Sabtu.

Para pejabat sebelumnya mengumumkan pada pekan lalu, kondisi Sharon terus memburuk tajam. Sharon berada dalam kondisi serius, dan seluruh keluarganya telah berada di samping tempat tidur.

"Dia dianggap dalam keadaan kesadaran minimal, dengan pasang surut dalam kondisi medisnya. Komunikasi verbalnya pun minim," ujar Noy.

Meninggal dalam usia 85 tahun, Sharon meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.n Gita Amanda

sumber : Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement