Sabtu 11 Jan 2014 23:09 WIB

Kematian Sharon Diharapkan Membuka Jalan Perdamaian

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Joko Sadewo
Jimly Asshiddiqie
Foto: Yudhi Mahatma/Antara
Jimly Asshiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon telah meninggal dunia di usianya ke 85 tahun pada Sabtu (11/1). Salah satu tokoh cendekiawan Islam, Jimly Asshiddiqie berharap dengan kematian Ariel Sharon dapat menjadi pintu awal perdamaian di Timur Tengah.

"Implikasinya memang belum ada, tapi kita tetap berharap mudah-mudahan meninggalnya Ariel Sharon dapat membuka perdamaian di Timur Tengah, terutama dalam pengakuan Palestina sebagai negara merdeka," kata Jimly kepada Republika, Sabtu (11/1).

Jimly menjelaskan dengan kematian Ariel Sharon dapat menjadi pembelajaran bagi para pemimpin di Israel bahwa kebijakan dan sikap keras tidak membuat perdamaian timbul di Timur Tengah. Pasalnya selama ini Ariel Sharon merupakan pemimpin Israel yang memiliki kebijakan paling keras di antara pemimpin Israel lainnya.

Menurutnya saat ini, pemimpin negara barat, termasuk Israel jangan lagi memusuhi Islam sebagai ancaman. Sedangkan untuk perdamaian di Timur Tengah, ia menilai kuncinya ada dalam pengakuan Palestina sebagai sebuah negara.

Jika pemimpin Israel selanjutnya mau menerima kemerdekaan Palestina, ia meyakini perdamaian dunia bukan hal yang tidak mungkin. "Kuncinya masalah Palestina segera diselesaikan dan juga pengakuan sebagai sebuah negara merdeka. Saat ini sudah bukan lagi Islam sebagai ancaman bagi negara-negara barat," tegas Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement