Ahad 12 Jan 2014 18:41 WIB

Skandal Perselingkuhan Presiden Prancis

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Joko Sadewo
Presiden Prancis, Francois Hollande (kiri) dan Presiden AS, Barack Obama.
Foto: AP PHOTO
Presiden Prancis, Francois Hollande (kiri) dan Presiden AS, Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis, Francois Hollande (59), tengah menghadapi masa yang sulit. Selain memikirkan kondisi perekonomian dan sosial negaranya, ia juga memikirkan tudingan kasus perselingkuhannya dengan seorang aktris Perancis, Julie Gayet (41), yang tengah ramai dibicarakan.

Kabar perselingkuhannyaitu muncul ketika ia tengah mempersiapkan upayanya untuk mengatasi kondisi ekonomi negaranya. Ia sendiri sebelumnya telah berjanji untuk mengatasi tingkat pengangguran yang tinggi di Prancis.

Hollande sangat marah masalah pribadinya telah dipublikasi oleh sebuah majalah di Prancis karena dinilai telah melanggar hak privasi. Sehingga, saat ini ia tengah mempertimbangkan langkah hukum bagi majalah itu. “Seperti warga negara lainnya yang memiliki hak privasi,” katanya.

Beredarnya kabar perselingkuhan Presiden Prancis ini berawal dari ulasan sebanyak tujuh halaman dari sebuah majalah Closer. Majalah itu mengatakan presiden sering menemui aktris berusia 41 tahun itu di jalanan Paris.

Meskipun kabar perselingkuhan itu telah beredar lama, namun kabar tersebut baru dipublikasikan kali ini. Pemberitaan itupun tidak segera ditanggapi oleh pihak kepresidenan Prancis.

Seperti dikutip dari BBC, pihak majalah Closer sendiri juga telah diminta untuk menghapus kabar tersebut dari websitenya. “Pengacara Julie Gayet menghubungi kami dan meminta untuk menghapus semua pemberitaan yang terkait dengan hubungannya,” kata editor Closer, Laurence Pieau.

Meskipun begitu, belum ada tindakan yang dilaporkan terkait pemberitaan versi cetak. Presiden Hollande selama ini tinggal bersama pasangan yang belum dinikahinya, Valerie Trierwiler, seorang jurnalis. Ia juga meninggalkan Segolene Royal yang menjadi ibu dari empat anaknya dan juga seorang politisi sosialis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement