REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Sebuah serangan bom pada iring-iringan kendaraan pejabat partai yang berkuasa terjadi di barat laut Peshawar, Minggu menewaskan lima polisi dan melukai empat lainnya, kata petugas.
Peristiwa itu terjadi di daerah Martoong, Lembah Swat yang pernah dikuasai Taliban antara 2007-2009, menimpa iring-iringan kendaraan Amir Muqam, penasehat Perdana Menteri Nawaz Sharif.
"Sedikitnya lima polisi terbunuh dan empat lainnya cedera," kata petugas polisi Abdullah Khan kepada AFP.
Korban meninggal dan terluka menumpang kendaraan keamanan yang berada di depan memimpin konvoi, katanya serta menambahkan bahwa polisi kini menyelidiki dengan seksama kejadian tersebut.
Seorang polisi senior lain, Gulzar Khan membenarkan adanya serangan yang kemudian mendapat kecaman dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor perdana menteri.
Muqam mengatakan kepada AFP bahwa ia selamat tetapi masih kebingungan dengan jatuhnya korban di pihaknya.
"Saya bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan nyawa saya. Tetapi saya sangat sedih kehilangan orang-orang yang memberikan nyawanya untuk melindungi saya," katanya.
Ia mengaku melakukan konvoi dengan 15 kendaraan di daerah terebut sebagai bagian dari kampanye untuk pemilihan daerah.
"Ini bukan serangan pertama terhadap saya. Ini serangan yang ke enam. Tetapi tidak akan menghalangi aktivitas politik saya," tambahnya.
Dalam wawancara dengan televisi Geo beberapa waktu kemudian Muqam mengatakan melihat debu dan serpihan mobil pemandu konvoi yang berjatuhan demikian pula bagian-bagian tubuh korban.
Muqam tidak menyebut kelompok mana yang kemungkinan berada di balik serangan itu tetapi mengatakan "Ada orang-orang yang tidak bisa tahan terhadap kebenaran dan mereka ingin membungkam suara kebenaran."
Pada Juli 2011, sebuah bom bunuh diri menewaskan enam korban termasuk seorang anak di Lembah Swat ketika Muqam berpidato di hadapan massa.
Taliban Pakistan yang terkait dengan jaringan Al Qaeda memiliki kekuatan di wilayah barat laut negeri itu khususnya di daerah otonom perbatasan dengan Afganistan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika