REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Meski kontroversial namun di pasar terbuka di Australia, jumlah pengguna mata uang bitcoin terus bertambah. Kondisi tersebut membuat harga bitcoin terus berfluktuasi.
Di awal transaksinya, harga 1 bitcoin bernilai 6 sen dollar AS. Namun pada tahun kemarin nilai tukar bitcoin melonjak melebihi harga emas yang menyentuh harga $US1,000 atau Rp 11 juta per 1 bitcoin.
David Glance, Direktur Praktek Peranti Lunak dari Universitas Australia Barat mengingatkan sejumlah risiko jika bertransaksi dengan menggunakan bitcoin. "Harga bitcoin cepat menguap, dan itu sangat berisiko untuk berbagai jenis investasi,” katanya.
Menurutnya, orang yang menyimpan bitcoin dalam dompet digital mereka secara online di situs tertentu sudah ada yang berhasil dibobol, jadi bitcoins sudah pernah hilang dengan cara seperti itu. "Sejumlah orang yang bertransaksi dengan bitcoin juga sudah ada yang bangkrut dan kehilangan bitcoin dengan cara dibobol seperti itu,” kata Glance mengingatkan.
Volatilitas itu berarti kalangan pengusaha tahu kalau menyimpan uang dalam bentuk bitcoin karenanya ada sejumlah toko yang melayani mata uang bitcoin yang langsung mengkonversi pembayaran dalam bentuk dolar riil. Glance menyarankan agar pemilik bitcoin bisa menggunakan salah satu dari dua mesin bitcoin di Australia milik penggila bitcoin, Dale Dickins. "Saya melihat mesin itu lebih ramah terhadap pengguna dan dapat diakses oleh orang yang tidak memiliki akses ke bank dan remitansi internasional bagi mereka yang mentransfer dana ke luar negeri," kata Dickins, baru-baru ini
Kesuksesan bitcoin mendorong bermunculannya mata uang virtual lainnya seperti litecoin dan dogecoin yang paling dikenal sejauh ini. James Croft, editor situs teknologi Reckoner, mengatakan banyak orang melihat nilai bitcoin terus meroket dan berusaha mencari keuntungan dari mata uang virtual tersebut. "Kami melihat ada lonjakan kehadiran mata uang virtual dan sebagian besar dari mata uang virtual tersebut saat ini memang tidak bernilai sama sekali,” katanya.
Tapi, katanya, alasan uang virtual itu terus bermunculan adalah karena mereka melihat ada peluang di masa depan mata uang seperti ini akan memainkan peran penting. Sehingga mereka berupaya untuk hadir di pasar mata uang virtual terlebih dahulu sambil berharap akan bisa menangguk keuntungan besar jika suatu saat mata uang jenis ini meroket,” katanya.