REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Nilai mata uang baht dan bursa saham Thailand jatuh selama dua pekan terakhir akibat ketidakstabilan politik.
Juru bicara Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengatakan pemilu akan tetap dilaksanakan pada 2 Februari meski menuai protes dari massa antipemerintah. Dilaporkan terjadi penembakan dan dua orang terluka di dekat perempatan Phatumwan.
"Kami menyaksikan aksi protes di televisi dan itu memberi kesan situasinya sangat darurat. Kami tahu ada ketidakstabilan politik sehingga sentimen terhadap baht dan aset Thailand terus lemah," ujar Manajer Rakuten Securities Inc Tsutomu Soma di Tokyo, seperti dilansir Bangkok Post, Rabu (15/1).
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, mata uang lokal turun 0,4 persen menjadi 32.878 per dolar AS pada pukul 16.40 waktu setempat. Nilai ini menjadi yang terendah sejak 2 Januari. Soma mengatakan baht menyentuh level terendah sejak 2010 atau 33.148 pada 6 Januari.