REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Situasi di Thailand memanas. Massa antipemerintah mengancam akan melumpuhkan bursa saham dan maskapai nasional di Bangkok jika Perdana Menteri Yingluck Shinawatra tidak mundur.
Kelompok oposisi Jaringan Pelajar dan Masyarakat untuk Reformasi Thailand (STR) mengatakan akan bergerak menuju Stock Exchange of Thailand (SET) dan Aeronautical Radio of Thailand (AeroThai) dalam waktu dekat. Jika massa berhasil mengambil alih AeroThai, hal itu akan mengganggu perjalanan domestik dan internasional.
"Jika Yingluck tidak mundur pada pukul 20.00, STR akan memblokir bursa saham dan kantor AeroThai," ujar aktivis STR Uthai Yodmanee, seperti dilansir The Nation, Rabu (15/1).
Menteri Transportasi Chadchart Sittipunt, seperti dilansir Ibtimes, mengatakan siapa saja yang mengambil alih kantor pemerintah akan dikenai tuntutan terorisme. Polisi dan tentara telah diterjunkan untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan.
Namun, kelompok oposisi utama Komite Reformasi Masyarakat Demokratis (PDRC) mengatakan tidak ingin mengambil alih kontrol bursa saham atau AeroThai.
"PDRC tidak ingin publik terkena dampak gerakan ini dan ingin agar transportasi berjalan lancar," kata juru bicara PDRC Akanat Promphan.