REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Mendiang Ariel Sharon dikenal oleh masyarakat Timur - Tengah sebagai manusia paling rasis dan kejam di Timur Tengah. Ia juga pernah menjadi perdana menteri (PM) Israel.
Yon Machmudi, direktur Riset Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, menyatakan, kematian Sharon berdampak pada perjuangan Palestina dari sisi menguatnya kembali semangat perjuangan rakyat Palestina untuk menuntut kemerdekaan.
"Paling tidak, sosok ultra rasis yang bertanggung jawab terhadap rakyat Palestina itu telah tiada dan memompa kembali semangat pejuang palestina," ujar Yon Machmudi saat dihubungi Selasa malam (14/1).
Menurut penulis buku "Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia" itu, Ariel Sharon merupakan pemimpin Israel yang berdarah dingin. Serangkaian pembunuhan massal diotaki oleh Sharon. Karir kriminal Sharon dimulai tahun 1953 dengan memimpin pasukan khusus menembaki penduduk palestina di Qibya, Tepi Barat, yang menewaskan 69 orang.
Pada 1967, ia juga menjabat gubernur Gaza dan terkenal dengan kekejamannya yang di luar batas kemanusiaan dalam menyiksa para tahanan palestina, lanjut alumnus program magister di School of Islamic and Social Sciences, Virginia, USA itu.
Tahun 1982, Sharon juga memimpin invasi ke Lebanon dan melakukan pembunuhan massal terhadap pengungsi Palestina di wilayah Sabra dan Satila. Saat itu 20 ribu pengungsi Palestina dibunuh secara kejam, jelas alumnus Program Doktoral dari Australian National University (ANU).