REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Dimulai dengan tewasnya Mohammad al-Chaar, 16 tahun, karena korban bom pinggir jalan di Beirut. Diketahui kemudian, remaja ini baru berfoto ria sendiri (selfie) di dekat kejadian yang sebenarnya ditargetkan untuk politisi Mohammad Chatah.
Sontak kematian orang tak berdosa itu memancing emosi pada mereka yang tidak menyukai kekerasan.
Warga Lebanon menumpahkan kekesalan mereka pada kejadian 17 Desember itu dan membanjiri Facebook dan Twitter dengan foto selfie anti kekerasan.
Foto-foto itu diposting pada hastag #notamartyr
"Kami tidak bisa lagi menganggap normal kekerasan yang terus-menerus. Kami tidak bisa lagi membiasakan diri untuk kehidupan horor konstan di Lebanon," tulis sebuah laman Fecebook "Not A Martyr".
"Kami korban, bukan martir (syahid)," tambah lama itu. Para aktivis menolak gagasan masyarakat yang tidak bersalah atau tidak tahu menahu diberi label yang sama seperti mereka yang memilih untuk mati untuk tujuan politik atau agama.
"Tapi kami tidak putus asa, dan kami memiliki impian untuk negara kami ... Beritahu kami apa yang Anda inginkan untuk negara Anda. Beritahu kami apa yang Anda inginkan untuk hidup."
Lebih dari 7.000 orang telah "menyukai" laman itu, dan ratusan fans memposting foto selfie mereka sendiri.