REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama akhirnya mengambil tindakan konkret untuk segera mengakhiri kehebohan yang timbul akibat aktivitas pengawasan negara.
Seperti dilansir AP, Sabtu (18/1), Obama menyerukan untuk mengakhiri kontrol pemerintah terhadap data telepon ratusan juta rakyat AS.
Presiden yang pernah menetap di Indonesia itu pun segera memerintahkan badan-badan intelijen negara untuk mendapatkan izin pengadilan sebelum memperoleh data yang diinginkan.
Dalam pidatonya di Departemen Kehakiman AS, Obama juga meminta kepada badan-badan intelijen AS itu untuk menghentikan aktivitas mata-mata terhadap para pemimpin internasional. Meskipun begitu, pecinta olahraga basket ini masih membela program pengawasan AS secara keseluruhan.
Ia mengklaim, program itu telah membuat negara menjadi lebih aman. AS, kata Obama, memiliki kewajiban untuk memeriksa kembali kemampuan intelijennya. "Perdebatan ini membuat kita semakin kuat. Di masa perubahan ini, AS harus memimpin," tegas Obama.
Walaupun Obama telah mengeluarkan sejumlah arahan dan perintah, pertanyaan kunci tentang masa depan aparat pengawasan tetap mengemuka. Di satu sisi Obama mengurangi kemampuan NSA, di sisi lain, Ia tidak memberikan rekomendasi data mana yang harus dipindahkan.
Sebaliknya, Obama juga memberikan izin kepada komunitas intelijen dan jaksa agung selama 60 hari untuk mempelajari opsi, termasuk dari dewan peninjau presiden yang direkomendasikan perusahaan telepon atau pihak ketiga yang tidak ditentukan.