Sabtu 18 Jan 2014 07:33 WIB

Serangan Bersenjata di Pakistan, 3 Pegawai TV Tewas

Milisi Taliban (ilustrasi)
Foto: english.alarabiya.net
Milisi Taliban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Sejumlah penyerang bersenjata membunuh tiga orang pegawai sebuah televisi swasta di kota Karachi, Pakistan selatan, Jumat (17/1), kata televisi itu dan diakui dalam pernyataan kelompok garis keras di sana, Taliban.

Penyerang yang naik sepeda-motor menembak mati teknisi, penjaga keamanan, dan supir yang bekerja untuk Express TV, kata stasiun televisi itu.

Juru bicara Taliban, Sajjad Mohmand, mengatakan dalam pembicaraan telepon dengan Reuters, pihaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut. "Kami akan terus menyerang media jika mereka tidak menghentikan propaganda yang menentang Islam dan Taliban," katanya, seperti dilaporkan dan dikutip, Sabtu (18/1).

Mantan juru bicara Taliban, Ehsanullah Ehsan, mengatakan kepada televisi itu, mereka diserang karena Taliban menganggap liputan televisi itu berat sebelah dan Taliban akan terus menyerang wartawan yang tidak sepaham dengan mereka. Express TV diserang dua kali tahun lalu dan sejumlah pegawainya cedera.

Lima wartawan tewas di Pakistan tahun lalu. Komite Perlindungan Wartawan menyatakan, Pakistan merupakan salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi wartawan.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak kelompok etnis memperdalam hubungan dengan jaringan Alqaidah dan Taliban. Itu terjadi setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement