Sabtu 18 Jan 2014 10:32 WIB

Sejumlah Orang Tewas dalam Aksi Kekerasan di Myanmar

Muslim Rohingya
Muslim Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Beberapa orang termasuk perempuan dan anak tewas dalam serangan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar barat yang dikoyak perselisihan, kata kelompok hak asasi manusia Jumat (17/1). Hal ini disuarakan saat Amerika Serikat menyampaikan peringatannya.

Negara bagian Rakhine Myanmar tetap tegang setelah pertumpahan darah komunal antara masyarakat Buddha dan Muslim sejak 2012 yang menewaskan dan membuat mengungsi 140 ribu orang, terutama dari minoritas Rohingya.

Rincian kerusuhan terbaru belum jelas, namun para aktivis mengatakan sedikitnya dua perempuan dan anak ditikam sampai mati dalam serangan terhadap satu desa dekat perbatasan dengan Bangladesh awal pekan ini, dengan kemungkinan puluhan korban.

Pihak berwenang Myanmar membantah kematian warga sipilnya tetapi menegaskan bentrokan terjadi di tempat di mana seorang polisi diduga telah tewas.

Chris Lewa, direktur The Arakan Project yang berbasis di Bangkok, yang melakukan lobi mengenai hak-hak Rohingya, mengatakan, serangan di desa Du Chee Yar Tan terjadi pada Senin beberapa saat setelah bentrokan semula dengan polisi. "Ada sejumlah orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak," katanya seperti dilansir dari AFP, Sabtu (18/1).

Dia menambahkan bahwa laporan dari sumber-sumber di daerah tentang jumlah orang yang tewas bervariasi, dari sekitar 10 sampai beberapa puluh.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan Washington "sangat terganggu" oleh laporan kekerasan itu. "Kami sangat terganggu oleh laporan-laporan bahwa pasukan keamanan mungkin telah menggunakan kekerasan berlebihan dalam beberapa kekerasan," tambahnya.

Lewa menjelaskan seorang warga, yang bekerja pada The Arakan Project, dilaporkan melihat mayat dua perempuan dan seorang anak laki-laki 14 tahun dengan luka tusukan setelah kembali ke desa mereka usai kerusuhan. Dia mengatakan penggunaan pisau diduga dilakukan warga Buddha lokal Rakhine, yang telah berulang kali bentrok dengan Rohingya, ketimbang dengan polisi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement