REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Satu tim pemeriksa dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tiba di Teheran pada Sabtu (18/1). Kedatangan itu menyisakan atu langkah lagi menuju pelaksanaan persetujuan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia yang dirampungkan pekan lalu, kantor berita Iran Fars melaporkan.
Tim tersebut, yang dipimpin ahli nuklir Massimo Aparo, akan mulai melaporkan kepada IAEA pada Senin, menandai dimulainya secara resmi persetujuan itu, tulis Fars.
Berdasarkan kesepakatan dengan Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, Inggris dan Jerman, Iran akan menghentikan pekerjaan beberapa bagian program nuklirnya. Sebagai gantinya beberapa sanksi internasional yang telah merusak ekonomi Iran akan dikurangi.
Tim IAEA itu akan mengunjungi fasilitas nuklir Natazs dan Fordow untuk menjamin bahwa Iran menghentikan pengayaan uranium hingga 20 persen dan penyimpanan uranium yang telah diperkaya dicairkan, kata kantor berita itu.
Bulan lalu, sejumlah pembuat undang-undang dari kelompok garis keras mengajukan satu rancangan undang-undang di parlemen Iran yang mendorong bagi peningkatan pengayaan uranium hingga 60 persen, yang dapat digunakan kapal-kapal selam nuklir.
RUU itu tampaknya sebagai balasan atas RUU Senat AS untuk meningkatkan sanksi atas Iran tapi masih belum diputuskan di parlemen Iran. Jika RUU itu disahkan, persetujuan antara Iran dan enam kekuatan dunia itu kemungkinan akan tenggelam.
Para pejabat dari Organisasi Atom Iran bertemu tim IAEA di bandar udara, dan dua kelompok itu dijadwalkan akan mengadakan pretemuan-pertemuan pada sabtu, tulis kantor berita IRNA.