Ahad 19 Jan 2014 15:47 WIB

Assad Belum Komentar Soal Keikutsertaan Oposisi di Konferensi Jenewa 2

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Julkifli Marbun
Presiden Bashar Assad
Foto: AP
Presiden Bashar Assad

REPUBLIKA.CO.ID, SILIVRI – Kelompok oposisi utama Suriah akhirnya menyetujui untuk menghadiri pembicaraan perdamaian dalam konferensi Jenewa 2. Tiga kelompok pemberontak dilaporkan jugaingin berpartisipasi dalam konferensi tersebut.

Sedangkan, kelompok oposisi Front Islam yang dinilai memiliki pendukung yang lebih banyak dari tiga kelompok lainnya, masih mempertimbangkan apakah akan menghadiri konferensi tersebut atau tidak.

Juru bicara Front Revolusioner Suriah, MayorIsam el Rayyes, mengatakan kelompoknya saat ini tertarik mengikuti pembicaraan itu. “Front Revolusioner Suriah dan dua kelompok lainnya ingin menghadiri konferensi perdamaian di Jenewa. Tapi kami tidak akan mengirimkan para pemimpin kami,” katanya.

Sementara itu dua kelompok lainnya tidak memberikan komentar. Juru bicara Koalisi Nasional, Louay Safi mengatakan para prajurit Levant, kelompok Front Revolusioner Suriah, dan tentara Mujahidin ingin menghadiri pembicaraan bersama dengan para delegasi lainnya di Montreux.

Namun, masih belum jelas mereka akan memainkan peranan apa. Dikutip dari kantor berita Reuters, persetujuan Koalisi Nasional Suriah untuk ikut berpartisipasi dapat meningkatkan dukungan dari negara Barat dalam upaya mengakhiri konflik selama tiga tahun itu yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang.

 

Presiden Suriah Bashar al-Assad sendiri belum bersedia memberikan komentarnya terkait kelompok oposisi yang akan ikut berpartisipasi dalam perjanjian perdamaian.

Sebelumnya, para pemberontak telah menolak menghadiri pertemuan Jenewa. Mereka menuntut penguduran diri Assad sebelum pembicaraan dimulai. Dukungan mereka dinilai penting dalam konferensi itu. Para pemberontak Al Qaeda sendiri terlihat semakin terlibat dalam pertempuran dan menunjukkan ketidaktertarikannya untuk mengikuti proses politik. Koalisi Nasional dinilai hanya memiliki pengaruh yang kecil di Suriah.

Negara-negara Barat sendiri telah menekankan pihak oposisi untuk berkomitmen dalam pembicaraan perdamaian yang digelar pada Sabtu mendatang di Prancis.

Mereka juga menyambut baik keputusan para koalisi dan berjanji bahwa pembicaraan itu akan berakhir dengan adanya transisi pemerintahan Suriah.

“Pilihan yang berani ini merupakan pilihan untuk mencari solusi perdamaian, meskipun adanya provokasi dan tindakan kekerasan oleh rezim,” kata Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius. Sedangkan,Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyebutnya sebagai tindakan yang berani dem ikepentingan rakyat Suriah yang telah menderita akibat kebrutalan rezim Assad dalam perang saudara yang tak berakhir.

Menteri Luar Negeri Inggris, Wiiliam Hague dan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon memuji dan menyambut baik keputusan kelompok koalisi untuk hadir dalam pembicaraan. Keputusan Koalisi itu berulang kali ditunda karena lebih dari 40 anggotanya mengancam akan meninggalkan koalisi.

Salah satu anggota koalisi, Khaled Khoja, mengatakan pemungutan suara yang dilakukan tidak sah dan menurutnya kelompoknya tengah mempertimbangkan tantangan formal. Sebanyak 58anggota Koalisi Nasional Suriah memberikan suaranya untuk menghadiri pembicaraan Jenewa, dan 14 suara lainnya menentang, serta tiga lainnya tak memberikan suara.

“Proses pembicaraan Jenewa 2 akan menjadi pertarungan politik dan media,” kata kepala kantor media Koalisi, Khaled Saleh. Sementara itu,pejabat Suriah telah mengumumkan perwakilan mereka untuk menghadiri pembicaraan Jenewa pada 22 Januari. Lanjutnya, pihaknya saat ini tengah memprioritaskan untuk terus memerangi terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement