Rabu 22 Jan 2014 17:19 WIB

Petinggi Cina 'Menyimpan' Kekayaan di Lepas Pantai Karibia

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Mata uang renmimbi.
Foto: AP
Mata uang renmimbi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah dokumen laporan keuangan yang bocor mengungkapkan, sejumlah besar pemimpin politik di Cina memanfaatkan perusahaan lepas pantai untuk menyimpan harta kekayaan mereka. Termasuk di antaranya Presiden Cina saat ini dan mantan perdana menteri Cina.

Para petinggi Cina itu menggunakan perusahaan lepas pantai yang berbasis di Kepulauan Virgin Britania Raya untuk menyimpan kekayaan. Saudara ipar Presiden Cina Xi Jinping dan anak serta menantu mantan Perdana Menteri Wen Jiabao, termasuk di antara mereka yang memanfaatkan perusahaan lepas pantai.

Dokumen juga mengungkapkan peran sejumlah bank sentral besar di Barat dan perusahaan akuntansi dalam 'penyimpanan' kekayaan para petinggi Cina ini. Termasuk peran perusahaan seperti Pricewaterhouse Coopers (PwC), Credit Suisse, dan UBS di dunia lepas pantai. Mereka biasanya bertindak sebagai perantara dalam pendirian perusahaan.

Cabang Credit Suisse di Hong Kong misalnya, mereka mendirikan perusahaan di Kepulauan Virgin Britania Raya yang merupakan konsultan trend emas untuk Wen Yunsong, putra mantan PM Wen Jiabao, saat ayahnya menjabat sebagai perdana menteri. Sementara PwC dan UBS melakukan layanan serupa untuk ratusan Tionghoa kaya lainnya.

Pengungkapan struktur keuangan rahasia Cina yang menggunakan perusahaan rahasia di lepas pantai, merupakan hasil investigasi selama dua tahun yang dipimpin oleh Konsorium Internasional dari Jurnalis Investigasi (ICIJ). Mereka memperoleh lebih dari 200 gigabyte kebocoran data keuangan dari dua perusahaan di Kepulauan Virgin Britania Raya. Informasi tersebut kemudian di bagi pada sejumlah kantor berita internasional termasuk, The Guardian.

Secara keseluruhan dari data ICIJ yang dilansir dari The Guardian, mengungkapkan lebih dari 21 ribu klien dari Cina daratan dan Hong Kong memanfaatkan perusahaan lepas pantai di Karibia. Para pejabat Cina dan keluarganya selama ini tak harus memberikan pengungkapan keuangan ke publik.

Padahal ketimpangan pendapatan merupakan salah satu masalah besar di Cina. Sebuah studi di Universitas Beijing menunjukkan, lima pendapatan terkaya di Cina memiliki penghasilan 34 kali lebih tinggi dari lima terendah.

Pertumbuhan ekonomi Cina, cepat mengarah pada tingkat ketegangan internal dalam bangsa itu. Ini merupakan akibat dari kemakmuran baru yang didapatkan negara tersebut namun tidak dialami secara merata. Seratus orang terkaya di Cina diperkirakan memiliki kekayaan kolektif senilai lebih dari 300 miliar, sementara itu banyak penduduk yang masih hidup dengan penghasilan kurang dari dua dolar per hari.

Salah satu keluarga politik Cina yang urusan keuangannya mendapat sorotan adalah Wen Jiabao. November lalu New York Times melaporkan, sebuah perusahaan konsultan yang dioperasikan oleh putri Wen, Lily Chang, menerima bayaran 1,8 juta dolar dari jasa keuangan raksasa JP Morgan. Sementara menantu Wen, Liu Chunhang dilaporkan saat ini bekerja untuk regulator perbankan Cina dan merupakan mantan karyawan Morgan Stanley.

Wen Yunsong, putra Wen dididik di Universitas Northwestern AS. Ia merupakan seorang kapitalis ventura dan ketua perusahan jasa satelit milik negara.

Pembayaran itu kini jadi salah satu sasaran penyelidikan oleh otoritas AS pada kegiatan JP Morgan di Cina. Termasuk pemeriksaan praktik perekrutan perusahaan, yang diduga telah memasukkan kerabat pejabat berpengaruh secara terencana. Namun file ICIJ mengungkapkan peran kerahasiaan lepas pantai Kepulauan Virgin Britania Raya dalam menutupi keterkaitan Chang dengan perusahaan konsultannya, Fullmark Consultans.

Perusahan didirikan Chunhang pada 2004, dan ia tetap menjadi direktur tunggal dan pemegang saham hingga 2006. Kemudian kepemilikan nominal perusahaan dipindahkan pada Zhang Yuhong, teman dari keluarga Wen.

Sementara perusahaan yang didirikan Yunshong dengan bantuan Credit Suisse dibubarkan pada 2008. Salah satu tujuan bagi perusahaan tersebut adalah untuk memungkinkan pembentukan rekening bank atas nama perusahaan.

Hingga saat ini tak ada satu pun anggota keluarga Wen atau Zhang yang merespon laporan yang dibuat wartawan ICIJ. Namun dalam surat terakhir tertanggal 27 Desember yang dikirim seorang kolumnis Hong Kong, Wen dilaporkan membantah melakukan kesalahan itu selama menjabat perdana menteri.

"Saya belum pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam satu kesepakatan tunggal menyalahgunakan kekuasaan saya untuk keuntungan pribadi karena tidak ada keuntungan seperti apapun bisa mengguncang keyakinan saya, " ungkap Wen dalam laporan itu.

Juru bicara Credit Suisse menolak mengomentari laporan setiap kasus atau klien tertentu. Tapi ia mengatakan, bank memiliki prosedur rinci untuk menangani orang-orang yang secara politik harus diekspos, terkait peraturan pencucian uang di Swiss dan tempat lain.

"Credit Suisse diwajibkan oleh hukum Swiss untuk menegakkan kerahasiaan nasabah bank dan karena itu tidak dapat mengomentari masalah ini, " katanya. " Dengan tidak adanya informasi lebih lanjut, media tidak bisa memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman penuh dari masalah ini."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement