Kamis 23 Jan 2014 10:21 WIB

Jepang Minta Cina Potong Belanja Militer

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Anggota militer Cina yaitu People\'s Liberation Army (PLA)
Foto: 21stcenturymilitary.forumotion.com
Anggota militer Cina yaitu People\'s Liberation Army (PLA)

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe meminta Pemerintah Cina untuk memotong belanja militernya. Hal ini disampaikan pada Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Abe mengatakan sebagai dua negara dengan kekuatan ekonomi yang besar di Asia, selayaknya Jepang dan Cina menggunakan dana itu untuk inovasi dan investasi dalam modal manusia, bukan senjata. Sebelumnya, Abe mengatakan karut marut hubungan Tokyo dan Beijing mirip dengan situasi di Eropa pra-1914. Dia mengatakan konflik antara kedua negara akan menjadi bencana.

"Kepercayaan (trust), bukan ketegangan. Itu yang sangat penting bagi perdamaian dan kemakmuran di Asia dan seluruh dunia. Ini hanya bisa dicapai melalui dialog dan aturan hukum, bukan melalui kekerasan ataupun paksaan," ujar Abe, dilansir dari the Guardian, Kamis (23/1).

Lebih lanjut Abe mengatakan bahwa Jepang dan Cina harus menahan ekspansi militer di Asia. Kedua negara sebaiknya menciptakan mekanisme untuk manajemen krisis, serta saluran komunikasi antara kedua angkatan bersenjata.

Hubungan Jepang dan Cina kian memburuk setelah Abe menjadi perdana menteri pada 2012. Apalagi, sengketa di Laut Cina Timur yang semakin memanas. Namun, Abe menegaskan bahwa Jepang tidak memiliki ambisi militer. "Jepang telah bersumpah tidak akan pernah lagi berperang. Kami tidak pernah berhenti untuk terus berharap dunia ini menjadi damai," ujar Abe.

Abe lebih menekankan pendekatan baru yang radikal untuk kebijakan moneter dan fiskalnya. Hal ini baru diikuti oleh reformasi suplai, termasuk peningkatan besar dalam jumlah tenaga kerja perempuan.

"Jepang hanya akan membebaskan diri dari deflasi kronis ekonominya. Musim semi ini upah meningkat. Upah yang lebih tinggi, lambat laun akan menyebabkan konsumsi semakin besar. Jepang bukan negara yang di ambang senja, melainkan negara yang memiliki fajar baru," kata Abe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement