REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala HAM PBB, Navi Pillay mendesak Myanmar menyelidiki laporan lebih dari 40 orang tewas dalam serangan terhadap Muslim Rohingya.
"Saya menyesalkan hilangnya nyawa di desa Du Chee Yar Tan dan saya menyerukan kepada pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan penuh, cepat dan tidak memihak dan memastikan bahwa para korban dan keluarga mereka menerima keadilan," kata dia.
Dilaporkan AFP, PBB telah menerima informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, delapan orang Muslim Rohingya telah diserang dan dibunuh di desa, dekat perbatasan dengan Bangladesh, oleh Buddha Rakhine setempat pada tanggal 9 Januari 2014.
Empat hari kemudian, seorang sersan polisi di desa yang sama ditangkap dan dibunuh oleh warga Rohingya. Hal ini pada gilirannya mendorong polisi desa dan Rakhine setempat untuk membunuh setidaknya 40 Muslim Rohingya pria, wanita dan anak-anak pada malam yang sama. Informasi tersebut menambahkan bahwa PBB laporan ini telah diterima pemerintah Myanmar.
"Tanggapi insiden ini dengan cepat dan tegas, pemerintah memiliki kesempatan untuk menunjukkan transparansi dan akuntabilitas yang akan memperkuat demokrasi dan supremasi hukum di Myanmar," kata Pillay.
Negara bagian Rakhine barat Myanmar tetap tegang setelah beberapa tragedi pembunuhan antara Buddha dan komunitas Muslim sejak 2012. Tragedi membuat 140.000 orang mengungsi, terutama dari minoritas Rohingya.
Rincian dari kerusuhan terakhir ini masih belum jelas, namun sejumlah informasi mengatakan, tidak lama setelah 13 Januari 2014, serangan terjadi kepada dua perempuan dan seorang anak. Mereka ditikam sampai mati di sebuah desa. Tapi, pihak berwenang Myanmar telah membantah kematian warga sipil, hanya menjelaskan adanya sebuah bentrokan warga.