Jumat 24 Jan 2014 03:02 WIB

Prancis Luncurkan Operasi Anti-Terror di Mali

Presiden Prancis, Francois Hollande (kiri) dan Presiden AS, Barack Obama.
Foto: AP PHOTO
Presiden Prancis, Francois Hollande (kiri) dan Presiden AS, Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Pasukan Prancis telah melaksanakan dua operasi antiterorisme malam hari di Mali utara yang dipadati oleh para pemberontak, demikian diungkapkan sumber-sumber militer di negara Afrika barat itu pada Kamis.

Seorang sumber militer asing di Bamako mengatakan tentara-tentara menargetkan kelompok Movement for Oneness and Jihad in West Africa (MUJAO) dan Signatories in Blood, sebuah unit bersenjata yang dibentuk oleh komandan jihadis yang berada dalam pelarian, Mokhtar Belmokhtar.

"Kami belum memiliki keterangan mengenai jumlah korban jiwa... Yang jelas, para petempur MUJAO, pewaris unit Abou Zeid dan Belmokhtar berada pada ruang bidik," katanya.

"Mereka sedang mencoba untuk bangkit kembali. Bahkan kemungkinan mereka memiliki peralatan militer dari Libya," katanya kepada AFP.

Ia menambahkan bahwa pada Kamis pagi operasi-operasi sedang berjalan.

Warga negara Aljazair, Abdelhamid Abou Zeid dan Belmokhtar adalah para pemimpin Al-Qaeda di Islamic Maghreb (AQIM).

AQIM, bersama-sama dengan MUJAO dan kelompok-kelompok Islamis lainnya menduduki Mali bagian utara pada tahun 2012 sebelum kemudian didorong keluar oleh pasukan-pasukan yang dipimpin Prancis.

Abu Zeid terbunuh dalam peperangan yang dipimpin tentara Prancis di pegunungan Ifoghas di Mali utara pada akhir Februari tahun lalu sementara Belmokhtar terus menjadi buronan.

Sumber militer Afrika pada MINUSMA, yaitu misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali, membenarkan bahwa operasi-operasi berlangsung di dekat kota Timbuktu dan pegunungan Ifoghas.

"Ada sumber-sumber daya udara dan darat. Ini bukanlah operasi terbesar sejak pembebasan kota-kota bersebut, tapi penting untuk memastikan bahwa para teroris tidak bangkit kembali," ujarnya.

Seorang sumber pada pemerintah daerah di Timbuktu mengatakan kepada AFP bahwa "lebih dari 100 prajurit Prancis" telah meninggalkan kota itu, bergerak menuju utara dengan membawa "peralatan yang diperlukan".

Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian membenarkan adanya operasi-operasi tersebut ketika ia diminta oleh stasiun televisi i>TELE untuk memberikan penilaian tentang kegiatan-kegiatan militer di Mali dalam satu tahun terakhir ini.

Ia mengatakan "tidak semuanya tuntas, resiko terkait teroris di bagian Afrika ini masih tinggi".

"Kita akan tetap menempatkan 1.000 prajurit yang membawa misi antiterorisme, termasuk tadi malam," katanya.

"Kita menjalankan operasi dengan target kelompok-kelompok yang bangkit kembali di dua garis depan, pertama di sekitar Timbuktu dan kemudian di pegunungan Ifoghas."

Belmokhtar keluar dari AQIM tahun lalu dan meluncurkan Signatories of Blood, menjadi otak penyergapan terhadap ladang gas Aljazair, In Amenas.

Insiden itu menewaskan 38 sandera dalam penyekapan selama empat hari.

Mali telah menjadi target serangkaian serangan yang diklaim oleh para pemberontak Islamis sejak Prancis meluncurkan campur tangan militernya.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement