REPUBLIKA.CO.ID AUSTRALIA -- Kebakaran hutan di Australia banyak yang terjadi secara alamiah, namun ada juga yang sengaja disulut oleh mereka yang suka menyulut api hingga mengakibatkan kebakaran dikarenakan kecenderungan psikologis. Menurut seorang ahli, perlu lebih banyak penelitian mengenai para pembakar atau arsonist di Australia.
Dr Rebekah Dobson dari Pusat Penelitian dan Pengorbatan Arson Australia telah meneliti pola pikir para pembakar tersebut selama 20 tahun. Menurutnya, ada kekurangan dana penelitian terhadap motivasi di balik para pembakar tersebut, meskipun ada bukti dari Institut Kriminologi Australia bahwa pembakaran sengaja merupakan masalah sosial yang kian memburuk.
Australia tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai pembakaran yang disengaja, komentar Dobson.
"Begitu banyak aspek dari penyulutan api secara sengaja yang perlu diteliti. Contohnya, kampanye musim panas kita tentang penyulutan api, dan apakah itu memberi dampak positif atau tidak," jelasnya.
Selama 20 tahun, Dobson mewawancara mereka yang ditahan karena dengan sengaja menyulut kebakaran hutan, guna membangun profil psikologis seorang arsonist. Menurutnya, mereka yang berkali-kali memicu kebakaran meskipun telah dewasa berada dalam kondisi kronis.
"Biasanya ini dimulai saat usia muda, dan tidak ada sanksi yang dikenakan, seperti pengawasan orang tua, pengajaran tentang konsekuensi kebakaran, dan seterusnya," ucapnya, "Bagi orang-orang ini, api sudah menjadi alat."
Motivasi psikologis mereka yang menyulut kebakaran cukup rumit, namun Dobson menyimpulkan bahwa para pembakar menggunakan api sebagai alat untuk mengatur emosi dan mengungkapkan rasa tertekan.
"Ada hubungannya dengan pemahaman orang tersebut bahwa api adalah alat, yang bisa memberi kesan bahwa mereka menguasai lingkungan. Rasa penguasaan yang tidak bisa mereka dapat dengan cara lain," jelas Dobson, "Kalau kita mengalami hari yang buruk, mungkin kita berolahraga atau minum wine, [namun] bagi mereka yang belum belajar tentang cara-cara pro-sosial untuk menghadapi [hari yang buruk], mereka akan menggunakan cara-cara antisosial."
Pendidikan tentang api harus lebih gencar diadakan bagi anak-anak, namun hal ini terhalang pemotongan sumber daya dan juga peraturan yang terlalu ketat.
"Bermain api menimbulkan keingintahuan bagi anak, sebagai bagian dari mempelajari cara dunia bekerja, seperti halnya mereka bereksperimen dengan hal-hal lain," jelas Dobson, "Dulu, ayah saya menyalakan pembakar sampah di halaman belakang tiap hari Minggu. Saya dan ayah akan berkemah, dan kita boleh menyalakan api unggun kecil..."
Meskipun Australia banyak mengalami kebakaran hutan, penelitian tentang keadaan psikologis para pembakar justru kalah dengan sejumlah negara lain seperti Inggris, ucapnya.
Saat ini begitu banyak peraturan dan pembatasan, hingga anak-anak tidak diberi kesempatan belajar tentang api, lanjutnya.