Sabtu 25 Jan 2014 07:24 WIB

Hak Beragama Militer AS Belum Berlaku bagi Muslim

Rep: Amri Amrullah/ Red: Dewi Mardiani
Anggota Militer AS (ilustrasi)
Foto: WIRED
Anggota Militer AS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Konsil Hubungan Islam-Amerika (CAIR) menyerukan ke Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS (USCIRF), perlunya dilakukan penyelidikan  terhadap anggota USCIRF yang menentang muslim menjalankan hak-hak beragamanya di militer AS.

Pihak internal USCIRF yang menentang hak muslim itu adalah Wakil Ketua USCIRF Zuhdi Jasser. Ia  menentang perluasan hak kebebasan beragama bagi muslim di militer AS, namun ia meminta dibolehkannya hak kebebasan beragama bagi Sikh dan Yahudi.

Jasser dalam wawancara di FOX News yang dikutip, Sabtu (25/1), menuduh kebijakan kebebasan hak beragama di militer AS bagi muslim hanya memberi kesempatan jihad bagi muslim AS. Karenanya Direktur Eksekutif CAIR, Nihad Awad mengirimkan surat ke Ketua USCIRF Robert P George.

Dalam surat tersebut, Awad meminta USCIRF dan George `melakukan penyelidikan terhadap Wakil Ketua Zuhdi Jasser, karena telah menyangkal hak-hak agama untuk personel militer Muslim. CAIR mempertanyakan posisi Jasser yang ingin membatasi hak-hak umat Islam di dalam negeri. Padahal ini seharusnya bisa mewakili kepentingan komunitas umat beragama di AS.

CAIR baru-baru ini menerbitkan sebuah laporan utama, "Ketakutan Berlebihan dari Legislatif," terhadap Islamophobia dan dampaknya di Amerika Serikat. CAIR mengidentifikasi 37 organisasi yang berusaha mempromosikan anti-Islam pada Muslim Amerika.

Sebelumnya pemerintah AS membolehkan bagi tentara AS untuk bebas dalam beragama di tubuh militer AS. Namun belakangan aturan itu hanya berlaku bagi tentara AS yang beragama Sikh dan Yahudi. Sedangkan bagi tentara AS yang muslim terus mendapatkan pertentangan dari pihak di AS yang ingin menghambat kebebasan muslim disana, Karenanya itulah CAIR bergerak.

CAIR adalah organisasi kebebasan sipil dan advokasi muslim terbesar di AS. Misinya adalah untuk meningkatkan pemahaman Islam, mendorong dialog, melindungi kebebasan sipil, memberdayakan Muslim Amerika, dan membangun koalisi yang mempromosikan keadilan dan saling pengertian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement