REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Setidaknya hampir 200 orang Nepal tewas dalam pembangunan infrastruktur di Qatar untuk keperluan Piala Dunia 2022. Dalam dua tahun terakhir, setidaknya 382 imigran Nepal yang meninggal.
Laporan dari Amnesty International (AI) yang dirilis Jumat (24/1) waktu setempat menyebutkan setidaknya terdapat 539 orang Nepal yang meninggal sejak 2010.
AI menemukan banyak imigran yang disandera majikannya dan bekerja 14 jam per hari selama berbulan-bulan. Mereka dipaksa bekerja di bawah suhu 45 derajat celcius tanpa dibayar dan akses yang memadai terhadap air dan medis.
Mereka ditemukan tidur di tempat yang mengenaskan. Satu ruangan dipakai tidur sampai 15 pekerja dengan pasokan listrik dan air bersih yang minim.
Dilansir laman The Telegraph, Komite Koordinasi Pravasi Nepal mencatat terdapat 65 kematian sepanjang Juni hingga Agustus tahun lalu. Kematian imigran ini disebabkan beberapa alasan seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh, dan bunuh diri.
Laporan AI ini memaksa presiden FIFA Sepp Blatter untuk bertemu dengan Presiden International Trade Union Confederation, Michael Sommer untuk membantu mengatasi masalah penyalahgunaan pekerja migran.
Sekretaris Jenderal Qatar 2022, Hassan Al Thawadi, tahun lalu menyatakan tidak akan membangun stadion dengan 'darah tidak berdosa'.
Dalam sebuah pernyataan, Qatar berkomitmen untuk memberikan kesehatan dan keselamatan para pekerja.
"Kami bekerja keras untuk mengembangkan standar proyek untuk Qatar 2022," ujar Al Thawadi. Hal ini merupakan komitmen Qatar yang terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 2022.