Senin 27 Jan 2014 13:08 WIB

Pemimpin Partai Oposisi Thailand Minta Perlindungan Militer

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Djibril Muhammad
Seorang demonstran anti-pemerintahan Thailand mengibarkan bendera di tengah semprotan water canon pasukan antihuru-hara pemerintah.
Foto: AP PHOTO
Seorang demonstran anti-pemerintahan Thailand mengibarkan bendera di tengah semprotan water canon pasukan antihuru-hara pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemimpin Partai PDRC yang juga pemimpin oposisi pemerintah, Suthep Thaugsuban meminta militer untuk melindungi para demonstran. Permintaan ini dilakukan menyusul ditembaknya salah satu pemimpin sekutu PDRC, Sutin Tharatin.

Sutin yang juga mendukung pelengseran keluarga Thaksin telah ditembak mati dalam bentrokan di luar TPS di Bang Na. Pada saat itu, para demonstran juga telah berkumpul untuk memblokade pemilu awal menjelang pemilu pada 2 Februari mendatang.

Dikutip dari Bangkokpost, Suthep mendesak pihak militer untuk membentuk unit khusus demi melindungi dan memberikan keamanan para demonstran.

"Aparat militer dapat membentuk pos pemeriksaan di sekitar untuk memeriksa senjata yang dibawa dan untuk memberikan perlindungan. Karena kami tidak percaya pada polisi," kata Suthep di simpang Pathumwan beberapa jam setelah penembakan fatal itu.

Ia menduga apakah penembakan tersebut dilakukan unit perang khusus Kamboja yang menurutnya dibawa ke Thailand oleh tokoh senior kepolisian untuk menyerang para demonstran.

"Hak-hak dan kebebasan warga dijamin dalam undang-undang, jadi kami berharap angkatan militer menyadari pertempuran ini dan akan melindungi kami," katanya.

Meskipun begitu, ia tidak meminta militer melakukan kudeta. Suthep juga mengkritisi Pusat Penjagaan Perdamaian dan Ketertiban (CMPO) yang memintaa danya status keadaan darurat di Bangkok untuk mengatasi unjuk rasa.

Sementara itu, juru bicara PDRC, Ekanat Prompan, mengatakan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan Menteri Tenaga Kerja Chalerm Yubamrung yang mengawasi CMPO harus bertanggung jawab atas serangan itu.

Sutin (52) telah ditembak mati di Wat Sri lam di wilayahBang Na, sementara 10 orang lainnya terluka dalam serangan di TPS pada pukul 1.45 siang kemarin. Mereka telah dirawat di rumah sakit terdekat dan dalam kondisi stabil, namun Sutintelah dinyatakan meninggal karena luka di rumah sakit Vibraham.

Sutin yang memimpin kelompok demonstran tengah bernegosiasi dengan pemimpin di TPS setempat yang akhirnya menyetujui untuk menghentikan pemungutan suara. Para pengunjuk rasa kemudian beranjak pergi.

Namun, sebuah kelompok yang membawa bendera merah, tengah menunggu para demonstran. Kemudian mereka menembak para demonstran. "Saya lihat Sutin dan tiga orang lainnya ditembak di sebuah truk bakterbuka," kata Somnuek Chaisiri, salah satu demonstran.

Sementara itu, Pol Letkol Kunthon Prachuapmoh, salah satukandidat dari Partai Pheu Thai, menolak telah memimpin kelompok yangmenyebabkan kekerasan itu. "Saya tidak terlibat dalam kekerasan itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement