Selasa 28 Jan 2014 10:14 WIB

Pecahkan Rekor, 18 Ribu Orang Bersumpah Jadi WN Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Tahun 2014 ini, sebanyak 18.000 orang bersumpah menjadi warga negara Australia saat upacara Australia Day, akhir pekan lalu. Jumlah ini memecahkan rekor dan proporsi populasi Austrlaia yang lahir di luar Australia pun terus bertambah. .

Dengan 18 ribu warga negara baru tersebut, lebih dari seperempat populasi Australia lahir di luar negeri.

Data terakhir biro statistik Australia menunjukkan bahwa kelompok terbesar yang lahir di luar negeri tetap berasal dari Inggris raya. Mereka yang lahir di Inggris raya mencakup 5,3 persen populasi Australia. Yang terbesar kedua adalah mereka yang lahir di Selandia Baru, sebanyak 2,6 persen, kemudian mereka yang lahir di Cina, sebanyak 1,8 persen, dan yang lahir di India, sebanyak 1,6 persen.

Peneliti bidang populasi dari Monash University, Dr. Bob Birrell, menyatakan bahwa Australia merupakan tujuan yang menarik bagi para migran, karena kemakmurannya dan juga karena memiliki banyak lapangan kerja.

"[Kedua faktor tersebut], bersama dengan pembukaan migrasi program kita oleh pemerintah telah berbuntut tingginya jumlah migran, baik yang hanya sementara atau permanen, dalam beberapa tahun terakhir," jelasnya.

Saat ini , populasi Australia mendekati 23,5 juta.

Menurut ahli demografi Bernard Salt, populasi tersebut mendekati pemecahan rekor.

"Saat ini [pertumbuhan populasi] paling banyak dipicu migrasi dari luar negeri, yang saat ini sekitar 230.000 orang per tahun," ucap Salt.

Menurut Birrell, pertumbuhan populasi Australia saat ini melebihi banyak negara lain. "Kita tumbuh sekitar 1,8 persen dalam satu tahun. Ini lebih cepat dibanding negara-negara barat lain, dan juga lebih cepat dibanding kebanyakan negara-negara Asia," ucapnya.

Kelompok migran dengan pertumbuhan paling cepat di Australia adalah mereka yang berasal dari Nepal, India dan Pakistan.

Salah satu migran Australia adalah Ranjan Vaidya, seorang musisi dan ahli bidang teknik listrik asal Kathmandu, Nepal. Ia pindah ke Australia 15 tahun lalu.

"Saya datang ke Australia terutama karena mencari kesempatan yang lebih banyak, dan saya dengar Australia adalah negara yang memberi kesempatan sama bagi semua orang, dan penduduknya pekerja keras," jelasnya.

Banyak orang datang ke Australia dari Nepal untuk mencari pekerjaan, menimba ilmu, dan untuk lari dari politik Nepal yang bertahun-tahun tak stabil, lanjutnya.

"Di sini, banyak yang baik," cerita Vaidya, "Sistem politiknya bagus, sistem ekonominya bagus, kemakmurannya, semua."

Bagi mereka yang lahir di luar negeri, tempat tinggal yang paling diminati adalah kota-kota besar seperti Melbourne, Sydney dan Perth, serta Queensland bagian tenggara.

"Disitulah banyak pekerjaan," jelas Birrell, "Di lokasi-lokasi itu juga, banyak komunitas migran. Dan migran Asia biasanya lebih suka tinggal di mana sudah ada komunitas yang memiliki latar etnis dan agama serupa dengan mereka."

Menurut Salt, masih ada ruang bagi penduduk baru, karena Australia adalah negara terbesar ke 6 di dunia. Dalam 50 tahun ke depan, penduduk Australia bisa melebihi 30 juta.

Namun, menurut Birrell, ada juga tantangan yang datang bersama populasi yang bertambah, seperti macet,  kesulitan memberi infrastruktur, dan pendidikan, kesehatan yang memadai. Selain itu, sulit mencari pekerjaan dan biaya hidup meninggi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement