REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Flu Burung jenis baru H7N9 semakin meluas di wilayah Cina dan korban tewas pun terus bertambah. Menurut Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Pemerintah Cina, setidaknya 19 orang sudah dikabarkan tewas dan 96 orang lainnya telah terjangkiti virus ini.
Direktur Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Influensa Cina(CNIC) Shu Yuelong mengatakan walaupun korban terus bertambah, tapi epidemi H7N9 skala besar tidak mungkin selama Imlek dan liburan Festival Musim Semi.
Karena hasil identifikasi sejauh ini virus H7N9 belum didapati bermutasi. Ini berarti tidak mungkin mempengaruhi kesehatan masyarakat dalam waktu dekat.
"Tidak ada bukti penularan antar manusia yang konstan, dan penilaian risiko H7N9 epidemi wabah tidak berubah," kata Shu pada Senin (27/1) yang dilansir dari Xinhua.
Shu Menegaskan bahwa H7N9 lebih rentan terhadap infeksi pada manusia dari H5N1, dengan kasus H7N9 tingkat kematian mencapai 20 sampai 30 persen. Namun pihaknya mengakui, virus ini lebih sulit untuk dicegah karena tidak ada gejala yang jelas untuk H7N9 unggas terinfeksi.
Saat ini CNIC tidak mampu secara tepat memprediksi arah mutasi dari virus H7N9. "Kami akan terus memperkuat monitoring dan melaksanakan penelitian," kata Shu.
Sebelumnya dikabarkan virus flu burung H7N9 ini telah menyebabkan 12 kematian di Provinsi Zhejiang, China Timur pada 2014. Dari tanggal 9 hingga 26 Januari 2014, Pemprov Zhejiang telah menemukan kasus baru H7N9 pada manusia selama 18 hari berturut-turut.