Rabu 29 Jan 2014 19:05 WIB

Diusulkan Pendidikan Tentang Buaya Bagi Komunitas Aborigin

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Aparat kepolisian telah memastikan kematian seorang anak laki-laki 12 tahun yang diserang buaya di Taman Nasional Kakadu di Wilayah Utara, Australia pada Selasa (28/1) lalu. Sebagai antisipasi, disarankan perlunya pendidikan tentang buaya bagi komunitas Aborigin.

Penjabat Komandan Michael White mengatakan, tim-tim pencari telah menemukan bukti yang 'dengan kuat mengindikasikan' bahwa anak laki-laki tersebut tewas dalam serangan itu. Polisi dan petugas Taman Nasional sedang mencari seekor buaya yang menyerang lima anak laki-laki yang berenang di Magela Creek.

Regu pencari dengan perahu diberitahu supaya menembak buaya yang berukuran antara 2 dan 2,5 meter yang terlihat di daerah itu. Ini didasarkan pada ukuran bekas gigitan di lengan seorang anak laki-laki yang selamat dalam serangan itu. Tiga buaya kini sudah dibunuh dengan harapan menemukan petunjuk apa yang terjadi pada anak laki-laki yang hilang itu.

Baru-baru ini, sebuah badan Aborigin yang mewakili para pemilik tradisional di Taman Nasional Kakadu menyerukan suatu review pengelolaan buaya di sekitar komunitas mereka.

Gundjeihmi Aboriginal Corporation mengatakan, suku Mirarr dan para pemilik tradisional lainnya sudah mengelola tanah itu selama ribuan tahun, dibandingkan dengan pemerintah yang baru 30 tahun.

Dikatakan, Pemerintah Federal harus mendengarkan saran warga lokal dan mereview populasi buaya dan soal keamanan.

Jurubicara organisasi itu, Justin O'Brien, mengatakan, baru beberapa puluh tahun terakhir serangan buaya menjadi masalah.

Dikatakannya, over management di taman nasional itu telah menyebabkan semakin banyak insiden yang berkaitan dengan buaya.

Tapi seorang pakar buaya di Darwin, Charlie Manolis, mengatakan, membunuh buaya bukan cara terbaik untuk menghentikan serangan buaya di Wilayah Utara.

Menurutnya, itu mungkin akan memberi rasa aman yang keliru. Kata Manolis, data yang dikumpulkan selama 30 tahun menunjukkan, populasi buaya di sejumlah sungai perlahan-lahan bertambah.

"Yang paling menarik adalah ukuran rata-rata buaya menjadi semakin besar," kata Charlie Manolis. "Rata-rata buaya mungkin 3,5 meter atau empat meter panjangnya sekarang, sedangkan 20 tahun lalu, mungkin satu atau 1,5 meter".

Dikatakannya, perlu pendidikan tentang buaya bagi komunitas-komunitas Aborigin di daerah-daerah terpencil.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement