Selasa 28 Jan 2014 16:30 WIB

Survei: Orang Singapura Masih Konservatif, Ogah Seks Bebas

Suasana di trotoar kawasan Shenton Way, Singapura.
Foto: AP PHOTO
Suasana di trotoar kawasan Shenton Way, Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menjadi modern tak lantas bersikap liberal. Negara Singapura ternyata sebagian besar berupa masyarakat konservatif di mana melakukan seks pranikah dan memiliki anak di luar pernikahan resmi masih membuat murka keluarga dan dipandang buruk.

Begitulah hasil temuan berdasar survei tentang moralitas sosial yang dilakukan oleh Institut Kajian Kebijakan (IPS) yang dirilis pada Kamis (28/1) seperti dilansir Straits Times. Pertanyaan-pertanyaan seputar hubungan, keluarga dan pernikahan menjadi bagian dari survei dengan 4.000 responden berlatar belakang rasis, bahasa dan agama beragam.

Sekitar 80 persen responden menyatakan hubungan seks di luar pernikahan sebagai selalu dan hampir selalu salah dan 72,5 persen juga memiliki pandangan serupa dalam soal hamil di luar nikah.

Kemudian lebih dari separuh, atau 56,4 persen responden meyakini seks seharusnya dilakukan setelah menikah.

Investigator utama survei tersebut, Mathew Mathews, periset utama IPS menyimpulkan, "Secara keseluruhan, seperti yang bisa Anda lihat, warga Singapura masih memiliki pandangna konservatif mengenai isu-isu tersebut."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement