REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok bersenjata mengendarai sepeda motor pada Selasa (28/1) menembak mati seorang jenderal polisi di Kairo, yang juga staf menteri dalam negeri, kata pejabat keamanan dan dokter.
Serangan berani pada pagi itu terjadi sehari setelah militer Mesir mendukung panglimanya, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, yang memimpin penggulingan presiden Mohammed Mursi, mencalonkan diri bagi jabatan presiden.
Peristiwa itu juga terjadi bersamaan dengan dimulainya sidang kedua terhadap Mursi, presiden Mesir terpilih pertama secara demokratis, yang pengulingannya pada Juli telah memecah belah rakyat Mesir di tengah satu tindakan pembersihan yang keras terhadap para pendukungnya, sebagian besar Islam.
Jenderal Mohamed Saeed sedang meninggalkan rumahnya di satu daerah permukiman Kairo barat ketika para pria bersenjata yang mengendarai sebuah sepeda motor menembaki dia, menghantam kepala dan dada, kata pejabat keamanan.
Ia meninggal di rumah sakit akibat luka-luka yang dialaminya, sementara para pelakunya melarikan diri. Saeed adalah kepala "departemen teknik" menteri dalam negeri Mohamed Ibrahim.
Ibrahim pernah menjadi sasaran oleh satu bom mobil pada 5 September di Kairo. Ia selamat tanpa cedera. Serangan itu diklaim oleh kelompok Ansar Beit al-Maqdis yang pro Alqaida, atau Partisans of Jerusalem.
Kelompok itu juga mengaku melakukan sejumlah serangan bom yang paling banyak menelan korban jiwa di seluruh negara itu setelah Moursi digulingkan.
Kelompok itu mengatakan pihaknya melakukan empat serangan bom yang ditujukan pada polisi di Kairo, Jumat yang menewaskan enam orang, sehari sebelum Mesir memperingati ulang tahun ketiga penggulingan presiden Hosni Mubarak.