REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Menteri Dalam Negeri Libya paya pembunuhan di Tripoli pada Rabu (29/1), kata laporan kantor berita resmi LANA. Sang menteri, Seddik Abdelkarim, yang juga wakil perdana menteri, berada di mobil saat "lelaki tak dikenal memberondong mobilnya dengan tembakan", kata kantor berita tersebut, dengan menambahkan bahwa tidak ada yang tewas atau terluka dalam serangan tersebut.
Libya bergulat dengan kerusuhan -yang meluas- sejak pemberontak menurunkan dan membunuh pemimpin lama berkuasa, Moamer Kadhafi, dalam pemberontakan dukungan NATO pada 2011.
Serangan pada Rabu tersebut dibenarkan oleh Al-Bahlul al-Sid, kepala kantor menteri, namun ia tidak memberikan keterangan lebih lanjut. Kantor menteri tersebut kemudian mengatakan bahwa Abdelkarim akan melakukan jumpa pers.
Menteri tengah berada dalam perjalanan menuju parlemen saat mobilnya diberondong tembakan, demikian dilaporkan LANA. Serangan tersebut terjadi kurang dari tiga minggu setelah pembunuhan wakil menteri industri Hassan al-Droui yang ditembak di kota asal Khadafi di Sirte pada 12 Januari.
Pemberontakan tersebut menyebabkan Libya "kebanjiran" senjata yang dijarah dari gudang senjata Kadhafi, sehingga mempersulit upaya pemerintah untuk mengekang mantan pembangkang yang mengendalikan sebagian besar wilayah negara.
Libya hampir setiap hari menyaksikan serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di dalam dan sekitar kota wilayah timur Benghazi, kota tempat bermulanya revolusi 2011.
Sementara di Tripoli, Perdana Menteri independen Ali Zeidan menghadapi kritikan dari anggota parlemen Islam yang menuntutnya mundur dan menudingnya gagal meningkatkan keamanan.
Partai Keadilan dan Pembangunan, sayap politik dari Ikhwanul Muslim Libya, gagal mengumpulkan 120 suara dari 194 anggota Kongres National yang diperlukan untuk mengecam Perdana Menteri, namun perdebatan itu sendiri sudah merusak otoritasnya.
Zeidan sendiri pernah diculik oleh kelompok bersenjata dan ditawan selama beberapa jam pada Oktober.Sejak meletusnya pemberontakan empat orang pernah menjabat sebagai menteri dalam negeri, dua diantaranya mengundurkan diri.