Ahad 02 Feb 2014 10:01 WIB

Menlu Rusia Minta Eropa Kecam Kerusuhan Ukraina

Aksi demonstrasi di Ukraina, para pengunjuk rasa berhadapan dengan barikade polisi setempat.
Foto: Reuters
Aksi demonstrasi di Ukraina, para pengunjuk rasa berhadapan dengan barikade polisi setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meminta para politisi Eropa untuk mengutuk penyitaan gedung-gedung pemerintah oleh para demonstran di Ukraina.

"Mengapa tidak ada suara-suara yang mengutuk orang-orang yang merebut gedung pemerintah, menyerang polisi dan mengadopsi slogan-slogan rasis serta anti-Semit? Mengapa para pemimpin Eropa benar-benar mendorong tindakan tersebut, ketika mereka akan cepat bergerak untuk menghukum mereka di negerinya sendiri" kata Sergei Lavrov pada Konferensi tahunan Keamanan Munich, Sabtu (1/2).

"Apa yang akan menjadi reaksi dari Uni Eropa, jika para anggota dari pemerintah Rusia mulai secara terbuka menyatakan dukungan, termasuk kunjungan pribadi, untuk para perusuh di London, Paris atau Hamburg," katanya menambahkan.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin delegasi Uni Eropa untuk Ukraina meminta oposisi untuk memisahkan diri secara jelas dari semua orang yang menggunakan kekerasan dalam mengejar tujuan mereka.

Kremlin telah berulang kali menuduh AS dan sekutunya ikut campur dalam urusan Ukraina, sementara para pejabat Barat telah menunjuk apa yang mereka gambarkan sebagai tekanan ekonomi dari Rusia untuk memaksa Ukraina bergerak lebih erat ke orbitnya.

Demonstrasi-demonstrasi di Kiev meletus pada November menyusul pengumuman bahwa negara akan turun mengejar hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa.

Sejumlah gedung-gedung pemerintah, termasuk Kementerian Kehakiman di Kiev, telah sementara diduduki oleh para demonstran selama protes yang telah menyebar di seluruh bagian tengah dan barat negara itu.

Pada Jumat, Yanukovych menandatangani rancangan undang undang menjadi undang-undang yang memberikan amnesti kepada demonstran dan membatalkan undang-undang tak populer anti-protes yang melabrak parlemen dua pekan lalu.

sumber : Antara/RIA Novosti-0ANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement