Ahad 02 Feb 2014 23:58 WIB

Kekerasan Warnai Awal Kampanye Pilpres Afghanistan

Rep: Gita Amanda/ Red: Nidia Zuraya
Pemilu Afghanistan (ilustrasi)
Foto: islam.ru
Pemilu Afghanistan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kampanye calon presiden Afghanistan akhirnya dimulai pada Ahad (2/2), selama dua bulan ke depan. Kekerasan mewarnai awal kampanye dengan tewasnya dua anggota tim kampanye di wilayah barat Afghanistan.

Pemilu yang didukung Barat rencananya akan digelar pada 5 April mendatang. Mulai Ahad (2/2), kampanye calon presiden telah di mulai di Afghanistan. Negara Barat berharap pemilu dapat mengkonsolidasikan stabilitas keamanan yang rapuh, karena pasukan asing bersiap meninggalkan negara yang dilanda perang selama hampir 13 tahun itu.

Kelompok Taliban menyatakan menolak pemilu yang akan digelar dua bulan mendatang. Mereka meningkatkan serangan untuk menyabotase jalannya pemilu. Para militan juga memanfaatkan pecahnya suara antara pihak yang saling berebut mencari pengganti Presiden Afghanistan Hamid Karzai. Siapa pun yang menggantikan Karzai harus siap dilanda masalah keamanan. Sebab pasukan asing rencananya akan ditarik mundir akhir tahun ini, dan meninggalkan pasukan Afghanistan untuk sendiri memerangi pemberontak.

Salah satu kedutaan mengeluarkan laporan rahasia terkait keamanan Afghanistan. Menurut laporan, serangan bulanan di Kabul terus meningkat dan berada di posisi tertinggi sejak 2008. "Kenaikan serangan dapat dikaitkan dengan upaya menuju pemilihan presiden," ungkap laporan.

Akibat hal tersebut, banyak warga Afghanistan mengambil tindakan pencegahan. Salah seorang warga Fawad Saleh di daerah Shar e Naw mengatakan, ia menyarankan keluarganya untuk mengurangi kegiatan luar rumah dan tak pernah menghadiri pertemuan besar. "Taliban akan mencapai kampanye apa pun dan mereka akan bereaksi keras," ujar Saleh.

Sementara itu Afghanistan tak memiliki komunitas mayoritas. Etnis Pashtun yang dianggap masyarakat terbesar dianggap akan memainkan peran besar dalam menentukan presiden berikutnya.

Para diplomat Barat berharap putaran pertama akan dimenangkan salah satunya oleh tokoh Pashtun terkemuka dan mantan Menteri Luar Negeri Abdullah Abdullah. Namun kekerasan telah terjadi di awal kampanye calon presiden. Dua anggota tim kampanye Abdullah di provinsi Herat barat ditembak mati di mobil mereka pada Sabtu.

Pejabat polisi mengatakan, kekerasan lain mungkin akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. "Tindakan pengecut ini merupakan intimidasi kekerasan pada kandidat pemilih dan pendukungnya, dan tak dapat ditoleransi," ujar PBB dalam sebuah pernyataan.

Pemilihan umum awalnya akan didanai oleh Amerika Serikat (AS). Tapi kemudian dibatalakan atas tuduhan AS tengah berusaha memanipulasi hasil pemilihan nantinya.

Tapi set pertama polling calon presiden yang digelar Desember lalu telah membuahkan hasil. Polling itu menempatkan mantan Menteri Keuangan yang juga intelektual Pashtun Ashraf Ghani di posisi terdepan mengungguli Abdullah. Calon lain yang maju dari etnis Pashtun adalah saudara Karzai, Qayum Karzai. Serta mantan Panglima Perang Islam Abdul Rassoul Sayyaf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement