Senin 03 Feb 2014 00:19 WIB

PBB Dinilai Gagal Akhiri Pertumpahan Darah di Suriah

Penduduk Suriah mencoba memadamkan api bekas pertempuran tentara dengan pemberontak di Damaskus
Foto: Reuters
Penduduk Suriah mencoba memadamkan api bekas pertempuran tentara dengan pemberontak di Damaskus

REPUBLIKA.CO.ID, MUNICH -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Ahmet Davutoglu mengecam kegagalan masyarakat internasional untuk mengakhiri pertumpahan darah di Suriah. Bahkan, ia mengatakan suatu hari seorang Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) akan meminta maaf untuk itu.

"Sistem internasional gagal seperti saat mereka gagal di Bosnia selama tiga tahun, seperti saat mereka gagal di Rwanda selama bertahun-tahun," kata Davutoglu dalam Konferensi Keamanan Munich (MSC), Ahad (2/2).

Dia menunjukkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah meminta maaf atas kegagalannya untuk bertindak pada waktu yang tepat di Bosnia," satu hari nanti Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa akan pergi ke Homs, akan pergi ke Yarmuk dan akan meminta maaf".

Aksi yang dimulai dengan unjuk rasa jalanan menentang Presiden Bashar al-Assad pada 2011 itu telah berubah menjadi konflik berdarah yang telah menewaskan lebih dari 130 ribu orang dan menarik keterlibatan pemain regional dan para pelaku jihad.

Kota yang terkepung di Homs dan kamp pengungsi Palestina Yarmuk di Damaskus selatan telah menjadi tempat terburuk bagi warga sipil yang terdampak konflik.

Bashar telah memperoleh dukungan diplomatik dari Rusia, yang telah memblokir seruan Barat untuk melakukan aksi terhadap rezim Suriah di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, bersama dengan China .

Davutoglu merujuk "Kebangkitan Arab" dan apa yang terjadi setelah itu. Ia mengatakan "situasi tergantung kepada matahari. Orang-orang Suriah sekarang, mereka tidak melihat matahari , mereka berada dalam kegelapan".

"Siapa yang akan membawa matahari kepada mereka? Seharusnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa , tetapi sampai sekarang tidak ada satu langkah signifikan pun yang dilakukan oleh mereka," kata Davutoglu, seraya menambahkan bahwa Turki telah menampung 700 ribu pengungsi.

"Apakah Cina atau Rusia atau AS atau Perancis atau Inggris atau negara anggota lain, Dewan Keamanan PBB harus mengambil keputusan, hari ini," katanya kepada panel di MSC.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement