REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemimpin aksi protes anti-pemerintahan di Bangkok mengatakan, pemilihan umum Thailand telah kalah dengan aksi demonstrasi massa yang dilakukan pihak oposisi. Menurutnya, lebih banyak warga yang turun ke jalan untuk bergabung dengan 'piknik jalanan', dibanding pergi ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Aksi pemberontakan massa besar atau dalam bahasa Thailand disebut 'Muan maha Prachachon', dianggap sebagai pemenang oleh pihak oposisi Thailand. Pemimpin aksi Sathit Wongnongtoey menyatakan hal itu di depan massa yang melakukan aksi di jalan di daerah Pathumwan, Ahad (2/2).
"Ada lebih banyak orang bergabung dengan piknik jalanan (aksi demo) daripada memilih," ujar mantan anggota parlemen dari Partai Demokrat itu dilansir Bangkok Post.
Komite Reformasi Rakyat Demokratik (PDRC) sebelumnya merayakan, hari 'piknik nasional' di jalanan bertepatan dengan hari pemungutan suara. Hal itu dilakukan sebagai aksi protes terhadap penyelenggaraan pemilu.P
DRC mengaku tengah mencoba mengakhiri 'permainan' ini dengan cepat, sebab menurutnya pemerintah tak bisa lagi mengklaim legitimasi pemilu. Pemilu menurut Sathit sudah berakhir, meski pemerintah tetap keras kepala.
Sathit juga mengkritik ulah Perdana Menteri sementara Yingluck Shinawatra. Menurutnya, Yingluck sempat menunjukkan 'kebodohannya' saat salah memasukkan kertas suara ke dalam kotak suara di sebuah TPS di distrik Bung Kum.
Ia juga mengatakan, Menteri Tenaga Kerja Chalerm Yubamrung salah saat menyatakan Partai Pheu Thai akan memenangkan kembali lebih dari 260 kursi di parlemen. Menurutnya Komisi Pemilihan (EC) telah menyatakan, hasil pemilu tak akan secara resmi diumumkan hingga 23 Februari mendatang.
"Saya yakin pemilu akan batal demi hukum, kami suara mayoritas akan melindungi demokrasi melalui reformasi sebelum pelaksanaan pemilu," ungkapnya.