Senin 03 Feb 2014 10:14 WIB

Biadab, Perempuan Indonesia Dijadikan Budak Seks di AS

Rep: Gita Amanda/ Red: Endah Hapsari
Kekerasan Seksual (ilustrasi)
Foto: STRAITS TIMES
Kekerasan Seksual (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut Shandra Woworuntu, perempuan Indonesia yang semula bermimpi menjadi analis keuangan di AS,  dalam 'perjalanannya' ia  menemui banyak gadis dan wanita yang bekerja di rumah bordil juga terpikat dengan peluang kerja di luar negeri. Beberapa diantaranya berasal dari Indonesia sama seperti dirinya. Ia merupakan yang tertua di kelompok itu, kebanyakan masih berusia remaja.

Ia bahkan menemui seorang gadis yang berusia 10-12 tahun. Shandra mengatakan gadis itu tak jelas berbicara dalam bahasa apa, sehingga Shandra tak pernah tahu asalnya.

Gadis tersebut, menurut dia, dipaksa bekerja sepanjang malam di kasino dan hotel. Di tempat itu, para klien yang datang bisa memilih gadis yang berbaris di depan mereka atau menelepon untuk memesan supaya bisa 'dilayani'. "Telepon itu selalu berdering," ingat Shandra, ia juga mengatakan mereka sering tak diberi makan dan hanya dijejali alkohol dan obat-obatan.

Berkali-kali berpindah tempat dengan mobil berkaca gelap, ia kerap ditahan di kamar dengan jendela tertutup rapat. Seorang pengawal berbadan besar menjaga kamarnya. Shandra dinyatakan harus bekerja untuk membayar biaya 'perekrutan' sebesar 30 ribu dolar AS.

Hingga saat ini, Shandra tak bisa menjelaskan berapa lama ia ditahan. Ia hanya tahu suatu hari di musim semi saat cuaca mulai berubah dingin, di tahun yang sama, ia berhasil melarikan diri. "Ini bukan pekerjaan yang mereka janjikan," katanya mengungkapkan.

Shandra juga menceritakan bagaimana ia bisa melarikan diri. Menurutnya suatu hari ia menemukan jendela kamar mandinya di lantai dua terbuka. Kesempatan ini tak dilewatkan Shandra. Membujuk salah satu gadis lain, ia melompat melalui jendela itu. Ajaib, mereka selamat tanpa cedera. Setelah berminggu-minggu mengalami kehidupan yang keras. Dengan polisi, gereja, dan FBI yang semuanya menolak untuk percaya dengan kisahnya. Ia bahkan sempat jatuh ke tangan germo lain sebelum akhirnya berhasil kembali membebaskan diri.

Seluruh paspor dan dokumen miliknya telah dicabut di hari pertama kedatangannya. Shandra akhirnya menemukan lembaga bantuan korban bernama Safe Horizon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement