Senin 03 Feb 2014 10:19 WIB

Mengerikan, Begini Kisah Perbudakan Modern di AS

Rep: Gita Amanda/ Red: Endah Hapsari
Perdagangan manusia/ilustrasi
Foto: flarenetwork.org
Perdagangan manusia/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Meski kisahnya terdengar begitu luar biasa, Aliansi untuk Mengakhiri Perbudakan dan Perdagangan justru mengatakan hal itu umum terjadi. Bahkan kejadian semacam itu, tak hanya menyangkut orang asing tapi juga remaja-remaja pelarian AS. Mereka tergiur iming-iming karir sebagai model atau kontrak musik yang menguntungkan. Aliansi untuk Mengakhiri Perbudakan dan Perdagangan memperkirakan sekitar 14 ribu hingga 17 ribu pria, wanita dan anak-anak diselundupkan secara ilegal ke AS setiap tahun. 

Mereka dipaksa bekerja untuk perdagangan seks, pabrik-pabrik, pertanian atau di bar sebagai pekerja paksa."Ini kejahatan terorganisir dan mereka sangat terorganisir. Mereka semakin canggih dalam melakukan kejahatan ini," ujar Sperber dari pihak aliansi.

Kelompok ini juga menyerukan agar pemerintah melakukan kontrol lebih besar. Dalam laporan Perdagangan Orang global 2013, Departemen Luar Negeri mengakui AS menjadi tempat transit dan negara tujuan bagi sasaran kerja paksa, perbudakan, dan perdagangan seks. Kebanyakan korban berasal dari Meksiko, Thailand, Filipina, Honduras dan Indonesia.

Meski secara emosional masih terluka akan masa lalunya, Shandra Woworuntu, perempuan Indonesia yang menjadi korban perdagangan manusia itu, telah membantu penegak hukum dengan mengisahkan pengalamannya. Ia kini bangga menceritakan apa yang dialaminya sebagai cara untuk melawan perdagangan manusia."Jika saya tak bersuara maka pemerintah dan masyarakat tak akan tahu apa yang terjadi. Saya harap bisa berbuat lebih banyak untuk membantu mengidentifikasi korban," ujarnya pada AFP. Ia juga percaya dengan koneksi dapat membantu berjuang menuntaskan perbudakan modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement