Senin 03 Feb 2014 20:05 WIB

90 Orang Tewas Akibat Hujan Bom Barel di Aleppo

Rep: Alicia Saqina/ Red: Julkifli Marbun
Seorang pria melintasi mayat yang disebut menjadi korban pengeboman di aleppo, Suriah
Foto: Reuters
Seorang pria melintasi mayat yang disebut menjadi korban pengeboman di aleppo, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Sembilan puluh orang tewas pada Sabtu (1/2), akibat serangan bom barel di Kota Aleppo, Suriah. Kelompok oposisi mengatakan, hujan bom barel di Aleppo itu pun merupakan bentuk serangan udara.

 

Perempuan dan anak-anak termasuk di antara para korban yang meninggal dalam serangan yang terjadi Sabtu kemarin itu. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM), yang berbasis di Inggris, mengatakan, serangan sedikitnya terjadi di berbagai kampung di kubu pemberontak.

 

Seperti dikutip dari CNN, Ahad (2/2), Observatorium Suriah untuk HAM menambahkan, 10 pejuang dari fron radikal Nusra pun tewas. Sepuluhnya tewas ketika markas mereka turut menjadi sasaran serangan udara itu. Setidaknya, sembilan orang tewas di dekat penjara pusat Aleppo.

 

Bom barel merupakan bom yang dikemas dalam sebuah drum. Dalam drum tersebut diisi oleh sejumlah bahan peledak dan pecahan peluru. Sebuah bom barel mampu meratakan satu bangunan dalam sekali ledakan.

 

Staf medis dari salah satu rumah sakit di Aleppo kepada CNN mengatakan, dalam empat jam, daerah Ansari dicecar dengan sekitar 17 kali serangan udara. "Situasi kemanusiaan di sini sangat buruk, banyak orang-orang yang terluka," ujar dia dari perbatasan Turki. Staf medis itu pun terpaksa harus pergi ke sana, untuk mendapatkan pasokan obat-obatan. "Saya sangat gugup karena staf saya di dalam menjadi begitu bingung. Saya harus menenangkan mereka, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk besok," kisahnya.

 

Dalam sebuah laporan yang dirilis Kamis (30/1), kelompok pengawas HAM mengatakan, pemerintah Suriah dengan sengaja melawan hukum. Ribuan rumah di kubu pemberontak di kota-kota Damaskus dan Hama musnah dalam setahun.

 

CNN hingga saat ini belum bisa memverifikasi berapa jumlah korban meninggal setiap harinya di Suriah. Namun PBB mengatakan, setidaknya lebih dari 100 ribu orang telah tewas di Suriah sejak tahun 2011.

 

Di Aleppo sendiri, hampir setiap hari terjadi serangan udara. "Situasi ini sangat mendesak," kata petugas medis. "Kita perlu tekanan Amerika Serikat pada rezim untuk kita dapat mengambil napas. Agar mereka pun menghentikan penembakan yang begitu agresif ini di Aleppo," ungkap dia, yang juga mengatakan semua jalan ke Kota Aleppo diblokir. Sebelumnya, pemerintah Suriah mengatakan, operasi yang dilakukan memang ditargetkan untuk ‘kelompok teroris’ di lingkungan Aleppo.

 

Adapun berita terjadinya pengeboman ini terjadi setelah putaran pertama pembicaraan damai Suriah berakhir di Jenewa pada Jumat lalu. Hasil dari pembicaraan itu pun tak menghasilkan kemajuan untuk mengakhiri terjadinya perang sipil hampir tiga tahun lamanya. Dikabarkan, seputar perundingan damai putaran ke dua itu, akan dimulai 10 Februari mendatang. 

 

Menurut kantor berita Suriah SANA, Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem mengesampingkan pembicaraan langsungnya dengan AS itu. Ia menolak untuk bertemu Menteri Luar Negeri AS, John Kerry. Walid menolak hadir dalam pembicaraan, kecuali Kerry meminta maaf atas apa yang telah ia katakan selama pidato pembukaan konferensi Jenewa itu.

 

Dalam pidato pembukaan, Kerry mengatakan, jalan menuju perdamaian harus melibatkan masyrakat dunia dan tidak bisa hanya oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad. Bashar justru dituduh melakukan pelanggaran HAM yang meluas di negaranya sendiri.

konflik juga telah menyentuh kepada hal tuduhan, bahwa pemerintah Damaskus menggunakan senjata kimia. Tak hanya itu oposisi dan kelompok Alqaidah pun dituduh termasuk kelompok yang berafiliasi. "Ini adalah awal yang sederhana. Tetapi, merupakan awal di mana kita dapat membangun," kata utusan khusus Persatuan Bangsa-Bangsa Lakhdar Brahimi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement