REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (5/2) sepakat untuk mengadakan acara reuni keluarga pada akhir bulan ini bagi para anggota keluarga yang terpisah akibat Perang Korea 1950-1953. Reuni itu diadakan kembali setelah sempat terhenti selama lebih dari tiga tahun.
Para pejabat dari kedua belah pihak bertemu di desa Panmunjom, daerah perbatasan untuk gencatan senjata, dimana mereka akhirnya memutuskan reuni keluarga akan diadakan pada 20-25 Februari di resor Gunung Kumgang, Korea Utara, kata Kementerian Unifikasi Korsel.
Kesepakatan tentang pelaksanaan reuni itu menjadi suatu tanda kemajuan antara dua rival yang dalam beberapa tahun terakhir ini telah berjuang untuk bekerjasama, bahkan berusaha saling membangun kepercayaan.
Sebelumnya, kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan sebuah reuni keluarga pada September lalu.
Namun, pada saat proses seleksi selesai dan para anggota keluarga yang terpilih bersiap untuk berkumpul di resor Gunung Kumgang, pihak Korut tiba-tiba membatalkan reuni itu, yakni empat hari sebelum acara reuni dengan alasan adanya sikap permusuhan dari pihak Korsel.
Berdasarkan pengalaman itu, ada kekhawatiran besar bahwa acara reuni kali ini akan kembali gagal dan mengecewakan banyak anggota keluarga. Hal itu disebabkan Korea Selatan akan memulai latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat pada akhir Februari, meskipun Korea Utara telah memperingatkan akan ada konsekuensi jika kedua negara itu tetap melaksanakan latihan militer tersebut.
Latihan militer tahunan Korsel-AS selalu menjadi isu diplomatik di semenanjung Korea, dan tahun lalu hal itu mengakibatkan ketegangan militer yang meningkat antara Korsel dan Korut selama beberapa periode.
Profesor Yoo Ho-Yeol, yang mendalami bidang studi pemerintahan Korea Utara di Universitas Seoul, memprediksi bahwa pihak Korut akan menggunakan acara reuni itu sebagai "alat tawar-menawar" terhadap Korsel. "Daripada membatalkan acara reuni lagi, Korut dan Korsel mungkin bisa mencoba mengekstrak konsesi, seperti memperkecil latihan militer bersama, atau pelonggaran sanksi Korea Selatan," kata Yoo, seperti dilansir AFP.